KONTAN.CO.ID - ISLAMABAD - NEW DELHI - Ketegangan yang sempat memuncak antara India dan Pakistan akhirnya mereda. Sabtu (10/5) malam waktu setempat, kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata seketika, hanya beberapa jam setelah Pakistan melancarkan operasi militer sebagai bentuk pembelaan diri atas serangan rudal dari India.

Mengutip Associate Press of Pakistan, Pengumuman itu pertama kali disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, melalui platform X.  "Pakistan dan India telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan segera," tulisnya (10/5) malam.

Strategi Belanja Cerdas Tanggal Kembar 9.9 Agar Finansial Tetap Sehat

Dar menegaskan bahwa Pakistan selalu mengedepankan perdamaian dan stabilitas kawasan, tanpa mengorbankan kedaulatan dan integritas teritorialnya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga mengonfirmasi kesepakatan tersebut dalam pernyataan resminya di X. 

“Setelah perundingan panjang semalam yang dimediasi oleh Amerika Serikat, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa India dan Pakistan telah menyepakati gencatan senjata penuh dan seketika,” tulisnya.

“Selamat kepada kedua negara yang telah menggunakan akal sehat dan kecerdasan besar,” tambah Trump.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengungkapkan bahwa dirinya bersama Wakil Presiden AS JD Vance telah melakukan pembicaraan intensif dengan para pejabat tinggi dari India dan Pakistan. 

Baca Juga: Trump Klaim India dan Pakistan Sudah Sepakati Gencatan Senjata

Pihak-pihak yang terlibat antara lain Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Asim Munir, serta Penasihat Keamanan Nasional kedua negara, Ajit Doval dan Asim Malik.

“Saya dengan gembira mengumumkan bahwa Pemerintah India dan Pakistan telah menyetujui gencatan senjata seketika dan akan memulai pembicaraan menyeluruh di lokasi netral,” tulis Rubio.

Kesepakatan ini disambut baik oleh masyarakat internasional, mengingat kekhawatiran global atas kemungkinan konflik terbuka antara dua negara bersenjata nuklir di Asia Selatan.