JAKARTA. Insiden yang menewaskan 28 pekerja Freeport akibat runtuhnya terowongan bawah tanah Big Gossan milik PT Freeport Indonesia terjadi pada Selasa (14/5) lalu. Perusahaan tambang yang berpusat di Amerika Serikat ini dikabarkan menolak kehadiran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik untuk meninjau dan menginvestigasi langsung ke lokasi."Intinya Freeport tidak menolak siapapun untuk datang ke lokasi," kata Richard C. Adkerson, President and CEO Freeport-McMoran Copper & Gold Inc dalam konferensi persnya di Hotel Mulia Jakarta, Kamis (23/5).Perlu diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi persnya di Kantor Presiden, Senin (20/5) lalu mengatakan bahwa Menteri ESDM dan Menteri Tenaga Kerja semula diutus oleh SBY untuk meninjau lokasi dan melakukan investigasi terkait kecelakaan di ruang pelatihan area tambang Big Gossan di Timika, Papua. Namun, kehadiran kedua pejabat tersebut ditolak oleh Freeport Indonesia dengan meminta agar pemerintah menunda dulu rencana tersebut.Richard bilang, hari-hari pertama setelah kejadian tersebut, Gubernur Papua sudah berada di lokasi untuk melihat kejadian. Dan, Priyo Budi Santoso selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun bertemu langsung dengan dirinya di lokasi tambang untuk melakukan tinjauan langsung.Pemerintah, papar Richard, memang memberi waktu bagi pihak Freeport sendiri untuk melakukan evakuasi dan investigasi terkait insiden yang terjadi."Kalau ada kunjungan tentu akan mengganggu evakuasi," tandasnya.Selain itu, pihak Freeport sendiri belum dapat memberi tahu kapan kegiatan pertambangan akan kembali berjalan. Sebelumnya, aktivitas pertambangan Freeport memang dihentikan pasca insiden runtuhnya terowongan bawah tanah Big Gossan. Kembali beraktivitasnya tambang Freeport tergantung dari arahan Kementerian ESDM. Saat ini, lanjut Richard, tim investigasi internal Freeport sedang melakukan kajian lebih lanjut terkait penyebab runtuhnya satu ruang training berukuran 10x5 meter yang sudah beroperasi sebagai tempat pelatihan sejak tahun 2000 tersebut."Harapannya dapat beroperasi sesegera mungkin," pungkasnya.Informasi saja, salah satu terowongan di tambang Big Gossan milik PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Mil 74 Distrik Tembagapura, Timika, Papua pekan lalu, tepatnya pada Selasa (14/5) mengalami keruntuhan. Insiden tersebut menewaskan 28 pekerja yang sedang mengikuti pelatihan.Area terowongan yang runtuh berjarak sekitar 2,7 kilometer dari pertambangan terbuka Grasberg, kurang lebih 2 kilometer dari pertambangan bawah tanah deep ore zone (DOZ), dan sekitar 500 meter dari lokasi aktif tambang Big Gossan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menolak menteri, ini tanggapan Freeport
JAKARTA. Insiden yang menewaskan 28 pekerja Freeport akibat runtuhnya terowongan bawah tanah Big Gossan milik PT Freeport Indonesia terjadi pada Selasa (14/5) lalu. Perusahaan tambang yang berpusat di Amerika Serikat ini dikabarkan menolak kehadiran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik untuk meninjau dan menginvestigasi langsung ke lokasi."Intinya Freeport tidak menolak siapapun untuk datang ke lokasi," kata Richard C. Adkerson, President and CEO Freeport-McMoran Copper & Gold Inc dalam konferensi persnya di Hotel Mulia Jakarta, Kamis (23/5).Perlu diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi persnya di Kantor Presiden, Senin (20/5) lalu mengatakan bahwa Menteri ESDM dan Menteri Tenaga Kerja semula diutus oleh SBY untuk meninjau lokasi dan melakukan investigasi terkait kecelakaan di ruang pelatihan area tambang Big Gossan di Timika, Papua. Namun, kehadiran kedua pejabat tersebut ditolak oleh Freeport Indonesia dengan meminta agar pemerintah menunda dulu rencana tersebut.Richard bilang, hari-hari pertama setelah kejadian tersebut, Gubernur Papua sudah berada di lokasi untuk melihat kejadian. Dan, Priyo Budi Santoso selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun bertemu langsung dengan dirinya di lokasi tambang untuk melakukan tinjauan langsung.Pemerintah, papar Richard, memang memberi waktu bagi pihak Freeport sendiri untuk melakukan evakuasi dan investigasi terkait insiden yang terjadi."Kalau ada kunjungan tentu akan mengganggu evakuasi," tandasnya.Selain itu, pihak Freeport sendiri belum dapat memberi tahu kapan kegiatan pertambangan akan kembali berjalan. Sebelumnya, aktivitas pertambangan Freeport memang dihentikan pasca insiden runtuhnya terowongan bawah tanah Big Gossan. Kembali beraktivitasnya tambang Freeport tergantung dari arahan Kementerian ESDM. Saat ini, lanjut Richard, tim investigasi internal Freeport sedang melakukan kajian lebih lanjut terkait penyebab runtuhnya satu ruang training berukuran 10x5 meter yang sudah beroperasi sebagai tempat pelatihan sejak tahun 2000 tersebut."Harapannya dapat beroperasi sesegera mungkin," pungkasnya.Informasi saja, salah satu terowongan di tambang Big Gossan milik PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Mil 74 Distrik Tembagapura, Timika, Papua pekan lalu, tepatnya pada Selasa (14/5) mengalami keruntuhan. Insiden tersebut menewaskan 28 pekerja yang sedang mengikuti pelatihan.Area terowongan yang runtuh berjarak sekitar 2,7 kilometer dari pertambangan terbuka Grasberg, kurang lebih 2 kilometer dari pertambangan bawah tanah deep ore zone (DOZ), dan sekitar 500 meter dari lokasi aktif tambang Big Gossan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News