Banyak orang meremehkan sakit di bagian tulang belakang. Padahal, di sana terdapat banyak syaraf yang penting bagi tubuh manusia secara keseluruhan. Masalah ini bisa diselesaikan melalui bantuan seorang chiropractor. Profesi ini masih jarang di Indonesia. Padahal, sekali terapi, biayanya Rp 500.000.Berbeda dengan dokter tulang atau ortopedi yang setelah melakukan pemeriksaan akan langsung merekomendasikan kepada fisioterapi, para chiropractor langsung menangani sendiri para pasien di klinik mereka.Fokusnya, pemeriksaan yang seksama untuk mengetahui fungsi-fungsi sendi atau pergerakan, otot, dan saraf. Nah, kalau hasil pemeriksaan menunjukkan adanya subluksasi atawa sendi yang bergerak secara tidak normal, perlu dilakukan koreksi chiropractic.Koreksi chiropractic membantu tulang dan sendi ke posisi normal. Termasuk, menormalkan gerakan dan menghilangkan iritasi yang kadang menyebabkan sakit dan malafungsi dari organ bila didiamkan terlalu lama.Ada banyak cara untuk melakukan koreksi tulang belakang. Chiropractor menggunakan tangan atau alat yang didesain khusus untuk mengoreksi sendi yang bersangkutan.Mereka akan menyesuaikan teknik yang digunakannya dengan usia pasien serta kasus yang ditanganinya. Koreksi membantu menormalkan fungsi tulang belakang dan menghindari kerusakan jaringan di kemudian hari. Jika fungsi saraf kembali normal, ini akan membantu tubuh untuk menyembuhkan diri dengan sendirinya, istilah kerennya self healing.Tinah Tan, chiropractor di City Life Chiropractic, mengatakan, profesi chiropractor di Indonesia memang masih terbilang langka. Berbeda dengan di Australia, Inggris, dan Malaysia yang sudah memiliki sekolah chiropractic setingkat perguruan tinggi. "Di Indonesia, baru kami yang mulai melakukan training," ujarnya yang menjadi chiropractor sejak 1998.Selama ini, masyarakat sering meremehkan permasalahan yang berkaitan dengan tulang belakang. "Padahal, di sana terdapat banyak syaraf yang penting bagi tubuh manusia secara keseluruhan, lo," ungkap Tinah.Namun, Tinah yakin ke depannya masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya permasalahan tersebut, dan otomatis profesi chiropractor bakal makin dibutuhkan.Apalagi, salah satu yang menjadi kelebihan metode ini yakni, tidak menggunakan obat-obatan sama sekali. Fokusnya, hanya pada terapi rutin dengan menggunakan alat-alat mekanik.Gangguan pada tulang belakang biasanya, sakit pinggang yang menjalar sampai ke kaki, kesemutan dan baal alias hilang rasa yang berlangsung lama dan terus menerus, serta nyeri di sekitar bahu atas dan bahu bagian belakang.Biaya terapi chiropractic di City Life Chiropractic sebesar Rp 160.000 untuk biaya pemeriksaan. Adapun, untuk terapi, ongkosnya Rp 500.000 per sesi. Namun, bagi kalangan menengah ke bawah, City Life Chiropractic menawarkan biaya yang lebih miring, hanya Rp 50.000 hingga Rp 100.000 untuk biaya pemeriksaan awal.Menurut Tinah, pasien yang datang ke kliniknya rata-rata berjumlah 40 sampai 50 orang per hari. Alhasil, dalam sehari, kliniknya bisa mengantongi omzet Rp 35 juta. Penghasilannya sendiri, ia memilih bungkam. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menormalkan fungsi tulang belakang, ya, chiropractor
Banyak orang meremehkan sakit di bagian tulang belakang. Padahal, di sana terdapat banyak syaraf yang penting bagi tubuh manusia secara keseluruhan. Masalah ini bisa diselesaikan melalui bantuan seorang chiropractor. Profesi ini masih jarang di Indonesia. Padahal, sekali terapi, biayanya Rp 500.000.Berbeda dengan dokter tulang atau ortopedi yang setelah melakukan pemeriksaan akan langsung merekomendasikan kepada fisioterapi, para chiropractor langsung menangani sendiri para pasien di klinik mereka.Fokusnya, pemeriksaan yang seksama untuk mengetahui fungsi-fungsi sendi atau pergerakan, otot, dan saraf. Nah, kalau hasil pemeriksaan menunjukkan adanya subluksasi atawa sendi yang bergerak secara tidak normal, perlu dilakukan koreksi chiropractic.Koreksi chiropractic membantu tulang dan sendi ke posisi normal. Termasuk, menormalkan gerakan dan menghilangkan iritasi yang kadang menyebabkan sakit dan malafungsi dari organ bila didiamkan terlalu lama.Ada banyak cara untuk melakukan koreksi tulang belakang. Chiropractor menggunakan tangan atau alat yang didesain khusus untuk mengoreksi sendi yang bersangkutan.Mereka akan menyesuaikan teknik yang digunakannya dengan usia pasien serta kasus yang ditanganinya. Koreksi membantu menormalkan fungsi tulang belakang dan menghindari kerusakan jaringan di kemudian hari. Jika fungsi saraf kembali normal, ini akan membantu tubuh untuk menyembuhkan diri dengan sendirinya, istilah kerennya self healing.Tinah Tan, chiropractor di City Life Chiropractic, mengatakan, profesi chiropractor di Indonesia memang masih terbilang langka. Berbeda dengan di Australia, Inggris, dan Malaysia yang sudah memiliki sekolah chiropractic setingkat perguruan tinggi. "Di Indonesia, baru kami yang mulai melakukan training," ujarnya yang menjadi chiropractor sejak 1998.Selama ini, masyarakat sering meremehkan permasalahan yang berkaitan dengan tulang belakang. "Padahal, di sana terdapat banyak syaraf yang penting bagi tubuh manusia secara keseluruhan, lo," ungkap Tinah.Namun, Tinah yakin ke depannya masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya permasalahan tersebut, dan otomatis profesi chiropractor bakal makin dibutuhkan.Apalagi, salah satu yang menjadi kelebihan metode ini yakni, tidak menggunakan obat-obatan sama sekali. Fokusnya, hanya pada terapi rutin dengan menggunakan alat-alat mekanik.Gangguan pada tulang belakang biasanya, sakit pinggang yang menjalar sampai ke kaki, kesemutan dan baal alias hilang rasa yang berlangsung lama dan terus menerus, serta nyeri di sekitar bahu atas dan bahu bagian belakang.Biaya terapi chiropractic di City Life Chiropractic sebesar Rp 160.000 untuk biaya pemeriksaan. Adapun, untuk terapi, ongkosnya Rp 500.000 per sesi. Namun, bagi kalangan menengah ke bawah, City Life Chiropractic menawarkan biaya yang lebih miring, hanya Rp 50.000 hingga Rp 100.000 untuk biaya pemeriksaan awal.Menurut Tinah, pasien yang datang ke kliniknya rata-rata berjumlah 40 sampai 50 orang per hari. Alhasil, dalam sehari, kliniknya bisa mengantongi omzet Rp 35 juta. Penghasilannya sendiri, ia memilih bungkam. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News