Menperin: Ke depan tidak lagi ekspor bahan mentah



JAKARTA. Penandatanganan kerja sama antara pengusaha Indonesia dan China dengan investasi sebesar US$ 28,2 Miliar, pada hari ini (3/10) diharapkan meningkatkan nilai produk-produk Indonesia yang diekspor ke luar negeri.

Nantinya, Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentah seperti yang dilakukan sekarang ini. Hal itu dikatakan Menteri Perindustrian M.S. Hidayat. Bila selama ini Indonesia masih mengekspor minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO), batubara, gas alam, yang masih mentah, maka diharapkan dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia sudah mengekspor bahan jadi yang nilainya lebih tinggi daripada sekarang ini.  Dengan demikian, Hidayat berharap, hubungan perdagangan Indonesia-China meningkat dan ditargetkan bisa mencapai US$ 80 Miliar sebelum tahun 2015. 

"Saat ini, Indonesia mengimpor berbagai bahan jadi dari China, seperti mesin peralatan dan produk siap pakai dari China. Sementara Indonesia masih mengekspor bahan mentah. Dengan kerja sama ini, diharapkan Indonesia tidak lagi menjadi pengekspor bahan mentah semata," tutur Hidayat, Kamis (3/10). Kedatangan Presiden China, Xi Jinping bersama para pengusaha dan investor ke Indonesia, lanjut Mantan Ketua Kadin ini, diharapkan bisa membawa semangat hubungan bisnis baru dengan Indonesia.


Apalagi sebagian besar investor China yang datang ke Tanah Air adalah perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur dan industri yang saat ini dibutuhkan Indonesia. "Harapan kami, dengan kerja sama ini Indonesia bisa mengolah bahan baku alam yang dimiliki menjadi bahan jadi," tutur Hidayat pada acara penandatanganan kerja sama bisnis China-Indonesia yang dihadiri 200 pengusaha asal Tiongkok dan 600 pengusaha domestik.

Menjadi pemain penting di dunia

Pada kesempatan itu, Hidayat juga berharap, Indonesia dan China bisa menjadi pemain penting di kawasan dan di dunia.

Sebab, keterpaduan dan kerja sama bisnis antara China, sebagai negara terbesar Ekonomi di Asia dan Indonesia, sebagai negara terbesar ekonomi di ASEAN, bisa menempatkan kedua negara sebagai pemain kunci dalam berbagai aspek. Hidayat menjelaskan, pada 12 Oktober 2012 lalu, Indonesia dan China sudah meneken dua kerja sama bisnis yang penting.

Yaitu, kerja sama di bidang investasi, perdagangan, industri, ketahanan pangan, pariwisata, capacity building, dan alih teknologi yang selanjutnya bisa menjadi landasan kerjasama bisnis di masa yang akan datang. Selain itu, Hidayat beserta rombongan dari Indonesia sudah melakukan kunjungan ke pabrik pengolahan logam di Hainan, China. Di sana, mereka mengerti gambaran lengkap Industri di China bahwa negara ini sangat maju.

Harapannya, China akan memberikan manfaatnya bagi Indonesia, yang saat ini tengah membangun industri hilir untuk menghasilkan produk-produk yang selama ini diimpor dari negeri Tirai Bambu tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan