KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nikkei dan IHS Markit merilis
Purchasing Managers' index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Mei 2019 mencapai posisi tertinggi dalam sembilan bulan terakhir yakni 51,6 alias tertinggi sejak Agustus 2018. Pada periode Mei 2019, industri manufaktur menunjukkan kepercayaan diri pelakunya terus melonjak, perusahaan juga menaikkan tenaga kerja dan menaikkan aktivitas pembelian. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan para pelaku industri manufaktur masih tetap optimis untuk melakukan ekspansi atau menambah investasi. Hal ini didukung oleh kondisi politik, ekonomi dan keamanan di Indonesia yang stabil dan kondusif terutama pasca pemilu.
Menperin menilai kinerja industri manufaktur akan semakin menggeliat terutama karena adanya perbaikan infrastruktur. "Apalagi adanya infrastruktur transportasi yang semakin meningkat pesat dengan konektivitas wilayah timur dan barat Jawa, serta beberapa wilayah yang menjadi
feeder dan hub di Indonesia," ujar Airlangga melalui rilis yang dikutip Kontan.co.id, Minggu (9/6). Guna menggenjot industri, Kementerian Perindustrian (Kemprin) juga tengah memprioritaskan pendidikan vokasi dan politeknik dengan memperkenalkan sistem link and match untuk mereformasi kurikulum. Kemprin juga tengah membangun politeknik di kawasan industri. Langkah ini diambil untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) kompeten yang sesuai kebutuhan dunia industri. Politeknik tersebut antara lain di kawasan industri Cilegon, Morowali dan Kendal. Kemprin menjelaskan pihaknya juga telah mengusulkan pemberian insentif fiskal berupa
super deductibke tax untuk industri yang aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan inovasi dan industri yang terlibat dalam program pendidikan dan pelatihan vokasi. Kendati demikian, insentif fiskal ini belum dilaksanakan hingga saat ini. Airlangga menambahkan salah satu sektor manufaktur yang kian agresif berinvestasi di Indonesia yakni perusahaan elektronik asal Taiwan Pegatron yang menggandenng industri elektronik nasional di Batam untuk memproduksi komponen dan perlengkapan wifi yang telah diekspor ke Amerika Serikat (AS). Nilai investasi awal Pegatron sudah mencapai Rp 50 miliar untuk membuat komponen produk
smart-home yang berlokasi di Kawasan Batamindo, Batam. Ke depan, total investasi yang akan digelontorkan mencapai US$ 1,5 miliar.
Di samping itu, Airlangga mengemukakan ada beberapa industri asal China yang akan merelokasi pabriknya ke Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menjadi tujuan utamanya. Industri tersebut antara lain tekstil, garmen, dan alas kaki. Serta industri kimia dan biokimia juga industri otomotif. Sektor tersebut merupakan industri yang sedang mendapat prioritas pengembangan ekspor oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan peta jalan Makin Indonesia 4.0, industri tersebut juga akan menjadi sektor pionir dalam penerapan industri 4.0 di tanah Air. "Saat ini negara Asia berlomba-lomba mendapatkan keuntungan dari perang dagang AS-China dengan menjadikan negara-negara mereka menarik bagi investasi asing," ujar Airlangga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli