KONTAN.CO.ID - SIDOARJO. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Peresmian gedung baru BPIPI dilakukan secara langsung oleh Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada Selasa (4/11/2025). Menperin mengungkapkan bahwa BPIPI berfungsi untuk meningkatkan kompetensi, standardisasi dan daya saing industri alas kaki nasional. Fungsi BPIPI sejalan dengan kebijakan Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) yang dirancang sebagai cetak biru industrialisasi Indonesia. "BPIPI harus mampu memperkuat peran strategisnya dalam peningkatan kompetensi, inovasi, dan standardisasi untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing industri alas kaki Indonesia," ungkap Agus dalam sambutan peresmian gedung baru BPIPI pada Selasa (4/11/2025).
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita menambahkan bahwa BPIPI lahir dari kolaborasi Kemenperin, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo serta Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) pada tahun 2003 dengan nama Indonesia Footwear Service Center (IFSC). BPIPI pun menjalankan agenda transformasi organisasi dengan memperhatikan tugas dan fungsi, serta tantangan industri. Reni membeberkan, BPIPI telah melakukan pendampingan kepada lebih dari 13.000 Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak di industri alas kaki. Reni merinci, sebanyak 3.608 orang merupakan pengusaha Industri Kecil dan Menengah (IKM). Sedangkan 9.396 orang merupakan tenaga kerja terampil industri yang tersebar di seluruh sentra potensi industri di Indonesia.
Baca Juga: Ekspor Alas Kaki Tumbuh, Sementara Pasar Domestik Terhimpit Impor Murah Dengan adanya gedung baru, Reni meyakini BPIPI bisa memberikan inovasi layanan publik, melalui enam layanan utama. Pertama, pendampingan teknis IKM alas kaki. Kedua, pendampingan sistem mutu. Ketiga, pengujian alas kaki. Keempat, inkubator bisnis. Kelima, berfungsi sebagai Indonesia Footwear Network. Keenam, sertifikasi profesi. Layanan-layanan tersebut didukung dengan adanya mekanisme Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), dimana izin penggunaannya saat ini telah mencapai 99%. Reni memastikan, enam layanan utama BPIPI merupakan bagian yang inklusif dari rencana implementasi SBIN yang telah digagas Kemenperin. "BPIPI hadir sebagai enabler factors industri alas kaki untuk pengembangan inovasi dan standarisasi produk, peningkatan kompetensi SDM industri, serta pengembangan jejaring ekosistem alas kaki nasional," jelas Reni. Kinerja Industri Alas Kaki Dari sisi sektor pengolahan non-migas alias sektor manufaktur, Menperin mengatakan industri alas kaki menjadi salah satu sub sektor unggulan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jumlah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki skala kecil tercatat sebanyak 53.333 unit usaha dengan penyerapan 159.454 tenaga kerja.
Baca Juga: Tarif Trump Tekan Industri Sepatu, OPSI Minta Pemerintah Cegah PHK Massal Sementara untuk skala menengah dan besar tercatat sebanyak 737 unit usaha dengan penyerapan 571.156 tenaga kerja. Penyebaran industri alas kaki masih dominan di Pulau Jawa sebesar 80% dan 20% berada di luar Pulau Jawa. Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang memiliki industri bahan baku pendukung IKM alas kaki terbesar. Sedangkan provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan konsumsi perkapita alas kaki terbesar. Menperin menambahkan, pertumbuhan merek alas kaki nasional juga bergerak cepat. Berdasarkan Pangkalan Data Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), untuk kategori alas kaki dengan periode perlindungan Kekayaan Intelektual 10 tahun atau pada periode Desember 2021 – Desember 2031, terdapat 23.010 merk berstatus terdaftar dan dalam proses.
Baca Juga: IKI September 2025 Menurun, Aprisindo Sebut Dampak Low Season Beberapa merek tersebut antara lain Eagle, Kasogi, Ardiles, Brodo, Pakalolo, Bucheri, Prabu, Ortuseight, League, Pierro, Nine Ten (910), Mills, Yongki Komaladi. "Dari merek nasional tersebut, banyak merek semakin dikenal dan disukai oleh masyarakat, serta menunjukkan kinerja menjanjikan, baik melalui kanal ritel maupun e-commerce," kata Agus. Agus melanjutkan, pada triwulan II-2025, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki mencetak pertumbuhan 8,31% secara tahunan (yoy). Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,12%. Capaian itu didukung oleh investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Agus membeberkan pada periode Januari – September 2025, realisasi investasi mencapai Rp. 19,23 triliun. Investasi PMDN tercatat senilai Rp 1,33 triliun, sedangkan investasi PMA mencapai Rp. 17,89 Triliun. "Menandakan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek industri alas kaki nasional," kata Agus. Kinerja ekspor alas kaki nasional bahkan tumbuh dengan level dobel digit. Pada periode Januari - Agustus 2025 nilai ekspor tercatat sebesar US$ 5,16 miliar, tumbuh 11,89% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2024 sebesar US$ 4,61 milyar. "Indonesia kini menempati posisi ke-6 eksportir alas kaki dunia. Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor terbesar, disusul Uni Eropa dan sejumlah negara non tradisional yang terus berkembang," tandas Agus.
Baca Juga: Meski Indeks Manufaktur Membaik, Industri Sepatu Lokal Tetap Lesu Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News