Mentan Syahrul Optimistis PMK Dapat Segera Diatasi



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengaku optimistis penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) dapat dikendalikan secara cepat. Karena itu, Syahrul mengajak agar semua pihak turun langsung dan terlibat aktif dalam menekan jumlah penularan.

Menurut Syahrul, penyakit tersebut bisa disembuhkan melalui 3 strategi berikut ini. Pertama, Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak untuk menerapkan strategi intelektual sebagai langkah percepatan.

Kedua menerapkan strategi manajemen sebagai langkah penguatan. Ketiga adalah strategi perilaku sebagai langkah bersama dalam menghilangkan PMK.


"Jadi sebenarnya PMK ini dapat disembuhkan dan tidak menular ke manusia, tetapi kita harus waspada dan terus bekerja. Yang terpenting tidak boleh membangun kepanikan karena itu sangat berbahaya," ujar Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/5).

Baca Juga: Kasus Penyakit Mulut dan Kuku Semakin Menyebar, Ini Harapan Peternak Sapi dan Kerbau

Syahrul mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran selama ini, penyakit PMK masuk dalam kategori penyakit hewan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Sebab kata dia, seluruh bagian daging pada hewan yang positif PMK dapat dimakan melalui prosedur yang telah ditetapkan.

"Sekali lagi PMK dapat disembuhkan dan tidak berbahaya dikonsumsi manusia. Kedua, jajaran Kementan bersama 16 daerah yang terkontaminasi PMK menyatakan siap menghadapi Idul Qurban dan meski ada PMK, pasokan sapi yang ada tidak bersoal," ujar Syahrul.

Di sisi lain, Kementan juga telah membangun posko pengaduan dan crisis center PMK. Masyarakat yang memiliki hewan dengan gejala PMK dapat menghubungi nomor 081286345622. Posko darurat tanggap darurat ini dikelola langsung Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan.

Baca Juga: Pemkot Jawa Timur Belum Temukan Gejala PMK Pasca Periksa 2.069 Ekor Ternak

"Oleh karena itu jajaran Kementan siaga 1 dan lintas sektor di bawah jajaran Dirjen terus bekerja. Alhamdulillah sekarang tren penyebarannya sudah menurun," ujar Syahrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli