Menteri Basuki: Inovasi & Teknologi Mampu Antisipasi Bencana Hidrometeorologi



KONTAN.CO.ID - Persiapan Indonesia sebagai tuan rumah 10th World Water Forum pada 2024 mendatang terus dimatangkan dengan pelaksanaan Seminar Nasional 2023 Masyarakat Hidrologi Indonesia “Road to World Water Forum (WWF) 2024” di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Selasa (6/6/2023).

Adapun tema yang diusung pada forum diskusi tersebut yaitu “Inovasi Hidrologi Terapan dalam Menghadapi Bencana Hidrometeorologi”. Tema ini diangkat untuk menggambarkan isu-isu strategis serta solusi dalam menghadapi permasalahan krisis air global.

Menteri PUPR RI, Basuki Hadimuljono mengapresiasi para ahli dan akademisi yang tergabung dalam Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHI) untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam mengantisipasi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi.


“Ilmu Hidrologi adalah kunci fundamental yang sangat diperlukan untuk memecahkan permasalahan sumber daya air dalam hal prediksi dan estimasi sehingga bisa menekan kerugian seminimal mungkin. Hidrologi sangat menentukan, tidak hanya terkait kebijakan dalam strategi menangani bencana hidrometeorologi tapi juga untuk kemaslahatan masyarakat terkait air,” ujar Menteri PUPR.

Dibutuhkan partisipasi berbagai pihak dengan sinergi strategi dan upaya peningkatan harmonisasi antar institusi dalam menghadapi bencana, saat bencana, dan pascabencana hidrometeorologi. Selain itu juga perlu upaya mitigasi untuk meminimalisir dampak dengan sistem peringatan dini seperti drought and flood early warning sistem yang diadakan berbagai instansi, baik pusat maupun daerah serta peran masyarakat dan organisasi lainnya.

Ketua pelaksana seminar nasional, Eko Winar Irianto mengatakan, Seminar Nasional MHI 2023 dengan tema “Inovasi Hidrologi Terapan dalam Menghadapi Bencana Hidrometeorologi” sejalan dengan tema besar acara World Water Forum 2024 di Bali yaitu “Water For Shared Prosperity.”

Pada seminar nasional ini membahas mengenai Bencana Hidrometeorologi dan Antisipasinya. Diskusi ini turut mengundang Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan dan Waluyo Hatmoko selaku perwakilan dari Masyarakat Hidrologi Indonesia.

Sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia, pengelolaan bencana di Indonesia memiliki beberapa faktor yang kompleks dan menantang. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Dunia yang berlokasi di Pacific Ring of Fire atau Lingkaran Api Pasifik. Menurut data dari BNPB, 80% gempa bumi dan 90% letusan gunung berapi terbesar di dunia terjadi di area Lingkaran Api Pasifik.

Ada 4 prioritas aksi yang sebaiknya dilakukan dalam penanganan bencana di Indonesia; (1) memahami risiko bencana, (2) memperkuat tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana, (3) berinvestasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketahanan, dan (4) meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respons yang efektif dan untuk membangun kembali dengan lebih baik dalam pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

“Siklus pemulihan dan rekonstruksi dalam penanganan bencana di Indonesia, merupakan dua siklus yang harus diantisipasi. Saat ini kita mengupayakan tiap daerah kabupaten dan kota memiliki kajian risiko bencana yang akhirnya menjadi acuan penanggulangan bencana,” ujar Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati.

Perubahan iklim dan meningkatnya bencana hidrometeorologi menjadi tema diskusi yang dibawakan oleh Dodo Gunawan selaku Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG. “Pada tahun 2021, kita telah mendekati masa ketika suhu mencapai batas kritis 1,5 derajat Celsius. Saat ini tanda-tanda perubahan iklim sudah terasa karena di Kutub terjadi pencairan es dan permukaan salju semakin mencair. Di Puncak Jaya Papua saat ini mencair karena suhu sudah lebih dari 0 derajat Celsius,” ujarnya.

BMKG juga memprediksi dampak perubahan iklim di Indonesia dengan munculnya fenomena cuaca yang mempengaruhi curah hujan atau El Nino pada pertengahan tahun 2023 sehingga berdampak pada musim kemarau yang lebih kering dan panjang serta musim hujan dengan intensitas yang lebih tinggi.

Pada seminar ini juga membahas mengenai Inovasi Hidrologi Terapan dan mengundang Hidayat Pawitan dan Raymond Valiant Ruritan selaku perwakilan dari MHI serta Rachmat Fajar Lubis dari Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Pada kegiatan tersebut, juga dilakukan pemberian apresiasi MHI Lifetime Achievement kepada 8 pendiri dan senior MHI atas dedikasi dan pengabdiannya dalam mengembangkan MHI. Berikut adalah 8 penerima apresiasi tersebut :

1. Dr. Ir Adi Suyanto

2. Ir. Joesron Loebis, M. Eng. APU

3. Dr. Ir Sri Woro

4. Asep Karsudu, MSc, PhD

5. Ir. Eddy A. Djajadiredja, Dipl. HE

6. Dr Ir Moh Hasan Dip HE

7. (Alm) Bapak Sri Harto

8. Prof. Hidayat Pawitan, PhD in Engineering

Baca Juga: Pemerintah Siap Gelar Kick-off Meeting World Water Forum ke-10 di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti