BANYUWANGI. Menteri BUMN Rini M Soemarno menjelaskan Indonesia masih 100% mengimpor gula obat-obatan. Hal tersebut diungkapkan Rini saat meninjau pembangunan pabrik gula di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (13/1). "Kebutuhan total gula baik rafinasi dan konsumsi sebanyak 5 juta ton sampai 5,7 ton per tahun. Tapi yang perlu diperhatikan juga adalah gula obat-obatan yang kebutuhannya mencapai 70.000 ton per tahun, semuanya masih impor," kata Rini.
Untuk memenuhi kebutuhan gula obat-obatan, Kementerian BUMN sudah menambah peralatan di pabrik gula di Subang. Menurut Rini perlu ada proses tambahan untuk memproduksi gula obat-obatan karena kualitasnya berbeda dengan gula konsumsi. "Semoga saja nanti juga bisa diproses di Banyuwangi karena di sini tebu yang dihasikan sangat bagus karena unsur haranya baik dan kandungan sulfur yang rendah sehingga bisa berkompetensi dengan gula impor," papar Rini. Ia juga menargetkan pada akhir 2019. Indonesia sudah bebas dari impor gula. Untuk itu pihaknya akan melakukan revitasliasi pabrik gula lama termasuk mengajak agar petani bisa beralih memanam tebu. "Untuk mencapai swasembada gula, pabrik gula milik BUMN minimal menghasilkan 3 juta per ton karena masih ada juga pabrik gula swasta yang support," dia menjelaskan. Menurutnya saat ini petani menghasilkan rata rata 65-70 ton per hektar danuntuk mencapai target swasembada gula harus ditingkatkan minimal 90 ton per hektar.
"Seperti di sini baru ada 3.000 hektar padahal yang dibutuhkan sebanyak 30.000 ribu. Nanti akan ada konversi dari karet ke tebu sudah berjalan saat ini. Mengapa karet karena saat ini harga karet sedang jatuh," ungkapnya. Bukan hanya akan merevitalisasi pabrik gula di Jawa, Rini juga menjanjikan akan merevitalisasi pabrik gula di Sulawesi. "Di sana ada tiga pabrik gula milik BUMN dan lahan tebu terbanyak di Sulawesi Selatan. Itu bisa memenuhi kebutuhan gula di Sulawesi," pungkasnya. (Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie