Menteri ESDM Bahlil: Sawit Papua Bisa Jadi Penopang Program B50



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto membuka peluang penanaman kelapa sawit di Papua sebagai bagian dari pengembangan bahan bakar nabati nasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, rencana tersebut sejalan dengan upaya pemerintah mengoptimalkan seluruh potensi energi dalam negeri demi mencapai swasembada energi.

Bahlil menjelaskan, konsep swasembada energi yang ditekankan Presiden tidak hanya bertumpu pada energi fosil, tetapi juga penguatan energi berbasis nabati. Salah satu instrumen utamanya adalah program mandatori biodiesel.


Baca Juga: ManageEngine Perluas CloudSpend untuk Garap Pasar MSP dan Perusahaan Multi-Tenant

“Kalau kita bicara B40 atau B50, itu kan campuran FAME. FAME itu berasal dari sawit atau CPO yang dicampur dengan solar,” ujar Bahlil di Jakarta, Selasa (16/12/2025).

Ke depan, pemerintah menargetkan peningkatan mandatori biodiesel hingga B50. Konsekuensinya, kebutuhan bahan baku CPO akan meningkat signifikan.

Di sisi lain, impor bahan bakar minyak (BBM), khususnya bensin, masih tergolong besar dan menjadi beban anggaran negara.

Untuk menekan ketergantungan impor tersebut, pemerintah juga menyiapkan penguatan mandatori bioetanol, mulai dari E10, E20 hingga E30.

Bahan baku etanol berasal dari komoditas pertanian seperti singkong, jagung, dan tebu.

Baca Juga: Samasindo Optimistis Kapasitas Produksi Bisa Tembus 80% di 2025

“Etanol itu dari mana? Dari singkong, jagung, kemudian tebu dan berbagai bahan baku lainnya. Saya pikir Papua merupakan salah satu wilayah yang berpotensi menjadi basis produksi bahan baku etanol,” kata Bahlil.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan rencana strategis pemerintah untuk mencapai swasembada energi, khususnya di wilayah-wilayah terpencil seperti Papua.

Salah satu skema yang disiapkan adalah penanaman kelapa sawit guna memproduksi BBM nabati berbasis CPO.

“Nanti kita berharap di daerah Papua pun harus ditanam kelapa sawit supaya bisa menghasilkan BBM dari kelapa sawit,” ujar Prabowo dalam rapat di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Prabowo, Papua memiliki potensi energi yang besar. Kementerian ESDM pun telah menyiapkan perencanaan agar daerah tersebut dapat menikmati hasil produksi energi lokal. Selain sawit, pengembangan tebu dan singkong juga didorong sebagai bahan baku bioetanol.

Baca Juga: Telkomsel–ITB Resmikan AI Innovation Hub Pertama di Indonesia, Dorong Talenta Digital

Dalam jangka menengah, pemerintah menargetkan seluruh daerah mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui swasembada pangan dan swasembada energi. Prabowo menilai, strategi ini berpotensi menghemat anggaran negara secara signifikan.

“Setiap tahun kita mengeluarkan ratusan triliun rupiah untuk impor BBM. Nilainya mencapai Rp 520 triliun,” ungkapnya.

Jika impor BBM dapat dipangkas hingga 50%, negara berpotensi menghemat sekitar Rp 250 triliun per tahun. Dana tersebut dapat dialihkan ke daerah, sehingga setiap kabupaten berpeluang memperoleh tambahan anggaran hingga Rp 1 triliun.

Selain bioenergi, pemerintah juga mengandalkan pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya dan tenaga air.

Teknologi panel surya dinilai semakin murah dan efektif untuk menjangkau wilayah terpencil, sementara pembangkit listrik tenaga air skala kecil dapat dimanfaatkan sesuai potensi daerah.

Baca Juga: Peresmian RDMP Balikpapan Ditunda, Menteri ESDM Jelaskan Penyebabnya

Prabowo optimistis, dengan kombinasi bioenergi dan energi terbarukan, target swasembada energi serta penghematan ratusan triliun rupiah dapat direalisasikan dalam beberapa tahun ke depan.

Selanjutnya: Promo HUT Go Go Curry 17-19 Desember 2025, Dapatkan Beli 1 Gratis 1

Menarik Dibaca: Saatnya Lebih Untung dengan Promo Gratis 3 Pizza Mania Favorit dari Domino’s Pizza

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News