KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta Proyek Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) rampung pada 2023 mendatang. Hal ini disampaikan Arifin tatkala melakukan kunjungan kerja ke kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. "Ditargetkan akhir tahun 2022 mencapai 50%. Kami harapkan di kuartal kedua 2023 konstruksi udah selesai, terutama proyek smelting
existing yang ekspansi," kata Arifin dalam keterangan resmi, Jumat (29/7). Adapun, proyek pemurnian tembaga berkapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) per tahun ini sudah mencapai 34,9% sampai akhir Juni 2022 atau lebih cepat dari yang ditargetkan. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan lebih dari US$ 1,15 miliar.
Baca Juga: Timah (TINS) Kian Untung Berkat Tambang di Laut Saat ini, sudah terdapat 10.500 titik tiang pancang serta berlangsung pula pengecoran untuk fondasi struktur. Guna mendukung pembangunan smelter tersebut dilakukan rekrutmen pekerja konstruksi sebanyak 3.500 orang, yang terdiri dari 98% tenaga kerja Indonesia, 50% diantaranya tenaga kerja lokal Jawa Timur. Hal ini diharapkan untuk menjaga akselerasi progres tersebut sedini mungkin. "Proyek pembangunan harus tetap
on progress. Untuk itu, kebutuhan tenaga kerja lokal akan dioptimalkan," ungkap Arifin. Kementerian ESDM mengapresiasi upaya PTFI serius menggarap proyek smelter tersebut. "Secara keseluruhan saya puas. Progresnya cukup bagus, sangat berbeda dengan kunjungan pertama kali lalu," jelasnya.
Baca Juga: Naik Double Digit, Investasi Sektor Manufaktur Lampaui Rp 230 Triliun Dalam pembangunan smelter terdapat ekspansi kapasitas pada smelter
existing sebesar 0,3 juta dmt/tahun oleh PT Smelting, serta pengolahan logam berharga (
precious metal refinery) yang mencapai 6.000 ton/tahun. PTFI sendiri menyiapkan investasi pada belanja modal (
capital expenditure) sebesar USD3 miliar untuk proyek pembangunan smelter tersebut. Arifin menekankan, pemerintah akan terus mendorong percepatan pembangunan, salah satu upayanya adalah dengan adanya pengaturan mengenai pertambangan, serta regulasi mengenai keharusan hilirisasi. "Kita ada pengaturan pertambangan dan regulasi hilirisasi, kita jaga proses itu," tegas Arifin. Dalam kesempatan yang sama Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengakui progres pembangunan saat ini sudah cukup bagus, dan melebihi dari yang telah ditargetkan awal, yaitu 34,3%. "Untuk sekarang yang sudah kami kerjakan adalah beberapa pailing (pondasi tiang pancang) telah terpasang, yakni mencapai 11 ribu dari total 16 ribu pailing atau 65%, dengan pengecoran mencapai 20 ribu meter kubik, dari rencana total sekitar 220 ribu meter kubik," katanya.
Baca Juga: Bupati Delis Siap Membantu Calon Investor Baterai EV di Morowali Utara Tony mengatakan, aktivitas pembangunan hingga kini terus dilakukan secara intensif, dengan perusahaan kontraktor PT Ciyoda International Indonesia (CII) yang fokus pemadatan lahan, serta dibantu Adhi Karya, serta beberapa kontraktor lokal lainnya. Sebagai informasi, persetujuan masterlist pembangunan smelter telah didapatkan oleh PT Freeport Indonesia dari pemerintah. Untuk teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada pembangunan Smelter tersebut berupa Double Flash Smelting & Converting yang telah diadopsi oleh beberapa negara di dunia, seperti China, India, negara-negara Kawasan Eropa, dan Amerika Serikat. Sementara itu, produk utama yang dihasilkan pada Smelter tersebut berupa katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, PGM (Platinum Group Metals), serta asam sulfat, terak, gipsum, timbal sebagai produk sampingan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati