Menteri ESDM Minta Freeport Gunakan Energi Bersih dalam Kegiatan Pertambangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) menggunakan energi bersih dalam kegiatan pertambangan.

Ini disampaikan Arifin dalam kunjungan ke Freeport Indonesia, Sabtu (9/12).

"Sekarang negara-negara dunia sudah mulai mengangkat isu carbon mechanism cross border. Jadi kalau barang-barang yang cross border itu basic industrinya mempunyai carbon content yang tinggi, maka akan dikenakan pajak. Singapura sudah mulai dengan US$ 5 dan diperkirakan tax-nya di tahun 2050 itu sebesar US$ 50," kata Arifin dalam siaran pers, dikutip Senin (11/12).


Baca Juga: Terkait Percepatan Perpanjangan Kontrak Freeport Indonesia, Ini Kata Bahlil

Arifin menjelaskan, kebijakan tersebut harus dapat diantisipasi perusahaan-perusahaan di Indonesia khsusunya PTFI agar tidak dirugikan dengan pengenaan pajak tinggi terhadap produk yang dihasilkan karena memiliki konten karbon tinggi dari produknya.

"Makanya saya bilang ke Tony (Presiden Direktur PTFI) energi yang dipakai untuk mendukung ini (pertambangan di PTFI) harus segera dipikirkan untuk menggunakan energi bersih," sambung Arifin.

Lebih lanjut Arifin mengatakan, sumber-sumber energi bersih sangat banyak tersedia di Indonesia, misalnya energi bayu (angin) yang potensi mencapai 500 gigawatt (GW) dan menjadi modal untuk dapat diutilisasi.

"Potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia sangat besar, misalnya saja untuk energi angin menurut survai perusahaan dari negara lain mengatakan potensinya hingga mencapai 500 GW terutama yang berada di ketinggian 140 meter, kalau memang yang dibawah-bawah itu kecil seperti pantai pangandaran merauke itu kecil," kata Arifin.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyambut baik permintaan Menteri ESDM untuk mulai menggunakan energi bersih yang rendah emisi dalam kegiatan pertambangannya.

"PTFI berkomitmen untuk mengurangi intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 30% di tahun 2030. Pada tahun 2021, pengurangan emisi GRK pada kegiatan operasi kami mencapai 22% (dibandingkan 2018). Sebagian besar dikarenakan transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, dimana kami menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah," ujar Tony.

Baca Juga: Proyek Smelter Molor, BPK Minta Freeport Bayar Denda

Tony menambahkan, PTFI juga saat ini sedang mengembangkan PLTMG atau pembangkit listrik bahan bakar minyak dan gas. PLTMG tersebut akan memiliki kapasitas 168MW, dan diharapkan beroperasi tahun depan.

Selanjutnya Tony mengatakan, logam tembaga merupakan produk masa depan karena 65% produk tembaga dunia digunakan sebagai penghantar listrik dan sekarang ini negara-negara berlomba lomba menggunakan pembangkit energi bersih sehinnga akan membutuhkan tembaga lebih banyak lagi.

"Sebagai contoh mobil listrik membutuhkan tembaga empat kali lebih banyak daripada mobil biasa karena lebih banyak cabling system kemudian baterainya yang mengandung tembaga. Kemudian PLT Bayu ini membutuhkan kira-kira setiap megawatt itu membutuhkan sekitar 1,5 ton tembaga dan untuk PLT Surya juga itu membutuhkan 5,5 ton tembaga," jelas Tony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi