KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif dengan tegas meminta perkembangan pembangunan smelter katoda tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik harus 4% per bulan supaya target beroperasi bisa terlaksana pada Mei 2024. Seperti diketahui, Mei 2024 merupakan akhir dari perpanjangan ekspor konsentrat tembaga yang diberikan Kementerian ESDM kepada Freeport Indonesia. “Proses pembangunan smelter Freeport sudah 61% bulan Maret diharapkan bulan April tambah 65%, kami minta dia menyatakan berusaha untuk bisa mencapai 4% per bulan,” kata Arifin, Jumat (5/5).
Nantinya jika di Desember 2023 proses pembangunan mencapai 92%, maka Mei 2024 sudah mulai
comissioning. Sedangkan agar smelter bisa mencapai kapasitas produksinya hingga 100% diperlukan proses bertahap dan waktu.
Baca Juga: DPR Minta Pengawasan Ketat Proyek Smelter Freeport dan Amman Mineral “Ini yang harus di-
challenge ke Freeport, bisa enggak semua dilakukan di Mei 2024. Kalau tidak, ya sanksinya bisa ekspor disetop atau dikenakan peningkatan pajak ekspor (bea keluar),” ujar Arifin. Namun perihal sanksi admisitratif jikalau PTFI tetap harus mengekspor konsentrat tembaganya di selepas Mei 2024, Arifin bilang, masih dihitung besaran dendanya. Dia bilang, perhitungan itu tentu masuk dalam evaluasi Kementerian ESDM. Sebelumnya, Menteri ESDM didampingi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Toni Wenas mengunjungi proyek pembangunan smelter manyar PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur pada Kamis (4/5).
Baca Juga: Menelaah Rencana Pemerintah Terhadap Freeport Indonesia (PTFI) Pasca 2041 Smelter Manyar merupakan fasilitas pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga kedua milik PTFI yang tengah dibangun di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur dengan luas total sekitar 100 hektar dengan kapasitas pengolahan konsentrat sebesar 1,7 juta ton/tahun. Pembanguan smelter Manyar oleh PTFI ini merupakan wujud mendukung kebijakan hilirisasi Pemerintah. Smelter Manyar ini merupakan smelter kedua yang dimiliki PT FI setelah smelter pertama telah dibangun PTFI tahun 1996, dan dikelola oleh PT Smelting. Dengan target yang dicapai saat ini diharapkan penyelesaian konstruksi fisik smelter dapat diselesaikan di akhir Desember 2023. SEtelah itu proyek dilanjutkan
pre-commissioning dan
commissioning hingga bulan Mei 2024 dengan
ramp-up operasi diharapkan mencapai operasi penuh pada akhir tahun 2024.
Baca Juga: Pemerintah Beri Relaksasi Ekspor Kepada Freeport, Begini Tanggapan Pengamat Bersamaan dengan kunjungan ke smelter Manyar, Menteri ESDM masih bersama Presiden Direktur PTFI Toni Wenas mengunjungi smelter pertama yang dibangun PTFI yang saat ini dikelola PT Smelting yang saat ini sedang dilakukan pembangunan ekspansi smelter konsentrat tembaga untuk menambah kapasitas pengolahan konsentrate dari sebelumnya satu juta ton menjadi 1,3 juta ton per tahun. Proses pembangunan ekspansi smelter konsentrat tembaga PT Smelting oleh PT Freeport Indonesia ini ditargetkan selesai pada akhir tahun 2023 dengan investasi mencapai Rp3,2 Triliun, ekspansi mencakup penambahan
refinery cells (sel elektrolit untuk memurnikan konsentrat) serta peningkatan daya listrik. Hingga akhir Maret 2023 realisasi
progress pembangunan mencapai 89,7% untuk
procurement dan 70,3% untuk konstruksi. "Pembangunan
extension smelter PT Smelting diharapkan dapat selesai Januari 2024," ujar Arifin.
Baca Juga: Rencana Pemerintah Menambah 10% Saham Freeport Indonesia Tunggu Tahun 2041 PT Smelting telah melaksanakan tiga kali ekspansi pada tahun 2004, 2006, dan 2009 sehingga kapasitas produksi meningkat dari 200.000 ton menjadi 300.000 ton tembaga per tahun. Saat ini kapasitas pengolahan tembaga sebesar 1 juta ton/tahun.
PT Smelting menggunakan teknologi Mitsubishi dalam proses peleburan tembaga dan teknologi ISA dalam proses pemurnian tembaga yang berkesinambungan, ramah lingkungan dan ekonomis. Teknologi ISA mampu menghasilkan katoda tembaga dengan kemurnian 99,99% (LME Grade A) dengan waktu operasi yang tinggi, produktivitas tenaga kerja yang tinggi, dan tingkat keamanan yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah. Dari proses pengolahan tembaga di PT Smelting, dihasilkan beberapa produk samping seperti asam sulfat, terak tembaga (produk sampingan dari ekstraksi tembaga dengan peleburan), gipsum,lumpur anoda dan CuTe. Semua produk ini bisa dijual dan digunakan oleh banyak konsumen di dalam negeri dan luar negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati