KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konversi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) mengalami sejumlah aral-melintang sehingga pemerintah mengakui sampai dengan saat ini responnya kurang baik. Menteri ESDM, Arifin Tasrif menyampaikan konversi kendaraan ke BBG itu jalan di DKI Jakarta dan Semarang. Namun responnya kurang padahal menurutnya sudah ada kebijakan bagus untuk pengusaha BBG. “BBG kan perlu modifikasi, ngambil ruang (
space kendaraan) banyak. Di Jepang sudah pakai BBG tangkinya diletakkan di bagasi kabin belakang, ini mengambil ruang itu,” jelasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (21/10).
Arifin tidak menampik bahwa ongkos modifikasinya mahal sehingga responnya kurang hingga kini. Namun dia tidak memerinci mengenai ongkos tersebut. Dia menjelaskan ongkos modifikasi ke BBG harus dihitung secara menyeluruh agar dapat terhitung keekonomiannya.
Baca Juga: Alasan PLN Batasi Pemasangan PLTS Atap Maksimum 15% “Apakah nanti ada insentif, tapi ini kan bisa membangun juga industri kecil menengah untuk bisa partisipasi di komponen, bagian-bagian dari BBG itu kan,” ujarnya. Menurut Arifin sama halnya seperti program konversi motor BBM ke listrik yang saat ini sedang berjalan. Program ini bersinergi dengan industri untuk membuat komponennya yang juga melibatkan UMKM. Dengan ini maka ekosistemnya dapat berjalan. Sebagai informasi, konversi BBM ke BBG dilakukan secara bertahap mulai 1 April 2022. Pada masa itu Kementerian ESDM menargetkan program konversi ini harus dapat dilaksanakan lebih cepat dari Malaysia. Namun mulai tahun 2019, Program Konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) diperluas menyasar para petani kemudian disusul ke nelayan. Program ini merupakan amanat Peraturan Presiden No. 38 tahun 2019 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG (Liquified Petroleum Gas) Tabung 3 Kg untuk Kapal Penangkap ikan Bagi Nelayan Sasaran dan Mesin Pompa Air bagi Petani Sasaran. Tujuannya adalah mendukung diversifikasi energi di mana LPG merupakan energi alternatif yang murah, nyaman, ramah lingkungan dan aman. Realisasi program Konversi BBM ke BBG untuk Petani pada 2019 sejumlah 1.000 unit dan pada tahun 2020 telah didistribusikan sejumlah 10.000 unit. Pada tahun 2021, telah didistribusikan 3.448 paket.
Baca Juga: Pemerintah Dapat Hemat dalam Pembangunan Sistem Energi Hingga 2050, Begini Caranya Sedangkan paket perdana untuk nelayan telah dilaksanakan sejak 2016. Hingga tahun 2019, telah dibagikan 60.859 paket perdana. Adapun pada 2020 telah dibagikan 25.000 paket. Pada 2022 Kementerian ESDM akan membagikan 50.000 paket perdana Program Konversi BBM ke LPG untuk Petani dan Nelayan. Perinciannya 30.000 paket perdana untuk petani dan 20.000 untuk nelayan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi