Menteri Luhut dan Bahlil Mulai Tidak Sejalan, Pengamat: Kepentingannya Sudah Selesai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua menteri kabinet Joko Widodo (Jokowi) yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia belakangan acap kali berbeda pendapat.

Salah satunya soal investasi Starlink. Beberapa waktu yang lalu Bahlil mengaku ia tidak ikut menangani investasi Starlink sehingga ia tidak tahun informasi detail soal investasi Starlink di Indonesia. Bahlil hanya menyebut, investasi Starlink di Indonesia cuma Rp 30 miliar dan mempekerjakan 3 karyawan saja.

Namun, sisi lain, sang pemilik Starlink yakni Elon Musk langsung disambut Luhut saat berkunjung ke Bali untuk meresmikan Starlink dan menghadiri World Water Forum (WWF) beberapa waktu yang lalu. 


Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai, perbedaan pendapat antara Luhut dan Bahlil yang mulai ketara di akhir pemerintahan merupakan tanda habisnya kepentingan yang mereka bawa saat memimpin. 

"Jabatannya sudah habis, kepentingan sudah selesai, akhirnya jalan masing-masing, jalan sendiri-sendiri," kata Ujang kepada Kontan, Jumat (14/6). 

Baca Juga: Cuma Rp 30 Miliar, Investasi Starlink di Indonesia Dinilai Tidak Masuk Akal

Kata Ujang, perbedaan kepentingan antara Luhut dan Bahlil sebenarnya telah terlihat dari kecenderungan dukungan kepada tokoh-tokoh politik masing-masing. 

Ujang bilang, mereka mungkin sama-sama ada di pihak Jokowi. Namun perlu diingat bahwa Luhut memiliki latar belakang yang sama dengan Prabowo yakni dari militer dan merupakan orang Golkar, sehingga tidak heran jika Luhut akan lebih dekat ke Prabowo. 

Sedangkan Bahlil, saat Pilpres, lebih condong mendukung putra Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka. 

"(Luhut dan Bahlil) masing-masing sudah tau tujuan politiknya," ujarnya. 

Menurutnya, pada akhirnya yang dirugikan adalah negara dan rakyat. Sebab, investasi hanya menjadi kepentingan segelintir pihak saja. 

Ujang juga bilang, karut marut penanganan investasi oleh kedua menteri ini dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor sehingga menghambat investasi di Indonesia.

"Dampaknya investor akan tertawa melihat menteri-menterinya ribut," kritik Ujang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat