KONTAN.CO.ID - ROMA - Kebijakan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa sejak 31 Januari 2020 terus membawa dampak negatif. Kini Inggris merasa kesulitan untuk menembus pasar Uni Eropa yang makin protektif. Jonathan Reynolds, Menteri perdagangan Inggris yang baru mengatakan pada hari Selasa bahwa ia optimistis beberapa hambatan perdagangan dengan Uni Eropa dapat dihilangkan. Namun, mekanisme untuk menengahi setiap perselisihan di bidang perdagangan ini akan bergantung pada hasil negosiasi.
Baca Juga: Menteri Ekonomi Jerman: Tarif Uni Eropa Atas China Bukan Hukuman Seperti kita tahu, Partai Buruh memenangkan pemilu Inggris pada tanggal 4 Juli. Meskipun Partai Buruh telah berjanji untuk tidak membuka kembali bagian-bagian penting dari perjanjian Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, partai ini bertujuan untuk membuat perjanjian pangan dan kedokteran hewan yang baru untuk mengurangi pemeriksaan di perbatasan terhadap produk-produk hewani. Para kritikus mengatakan hal ini berarti menerima pengawasan dari Pengadilan Eropa (ECJ), sebuah tanda bahaya bagi para aktivis anti Uni Eropa atau Brexit yang melihatnya sebagai pelanggaran kedaulatan Inggris. Reynolds berbicara di Italia saat ia menghadiri pertemuan sesama menteri perdagangan Kelompok Tujuh (G7).
Jonathan Reynolds, Menteri Luar Negeri Inggris untuk Bisnis dan Perdagangan yang baru dilantik, mengatakan bahwa ia yakin ada "ruang" untuk mencapai kesepakatan dan tidak menutup kemungkinan jika akhirnya harus beralih ke European Court of Justice (ECJ) untuk arbitrase.
Baca Juga: Penerapan UU Anti Deforestasi Uni Eropa Pengaruhi Kelangsungan Bisnis Kopi Nasional “Cara Anda menyelesaikan perselisihan apa pun akan selalu menjadi bagian dari negosiasi yang Anda lakukan,” katanya kepada Reuters, berbicara melalui telepon dari wilayah selatan Calabria. Ia mengakui, tentu saja hal ini adalah salah satu aspek dari kesepakatan yang kami harap akan mencakup berbagai masalah. "Tidak hanya ekonomi tetapi juga berkaitan dengan pertahanan dan keamanan,” kata Jonathan Reynolds. Dia juga menegaskan bahwa Ingggris ingin mendapatkan pengakuan timbal balik atas kualifikasi profesional tertentu dengan 27 negara blok UE, dan akses yang lebih mudah bagi musisi saat menggelar tur. Reynolds mengatakan selama perjalanan singkatnya ke Italia bahwa ia telah berdiskusi dengan rekan-rekannya di Eropa mengenai langkah UE untuk mengenakan tarif pada impor kendaraan listrik buatan China untuk melawan apa yang diyakini Brussel sebagai subsidi yang tidak adil bagi perusahaan-perusahaan China.
Baca Juga: Pengiriman Gas Rusia ke Uni Eropa Meningkat 24% Namun, ia terdengar berhati-hati mengenai prospek Inggris untuk mengikuti jejak Uni Eropa. Kehati-hatian ini dengan mengatakan bahwa sektor otomotif dalam negeri didorong oleh ekspor dan bahwa perusahaan-perusahaan Inggris tidak mengeluh terhadap perusahaan China. “Saya tidak mengesampingkan apa pun, tetapi jika Anda memiliki industri yang sangat berorientasi ekspor, keputusan yang Anda ambil (harus) tepat untuk sektor tersebut,” katanya.
PEMBICARAAN INDIA
Pemerintahan Inggris sebelumnya mengupayakan sejumlah perjanjian perdagangan sejak meninggalkan Uni Eropa, namun perundingan dengan Kanada terhenti pada bulan Januari, sementara perundingan dengan Delhi ditunda tahun ini menjelang pemilu India.
Baca Juga: Perundingan Dagang Indonesia-Uni Eropa, Sisa 10 Isu Lagi Belum Disepakati Reynolds mengatakan dia mengadakan "pertemuan yang sangat baik" dengan delegasi Kanada pada pertemuan G7, namun menambahkan: "Pada tahap ini, kami belum secara resmi setuju untuk membuka kembali perundingan." Menteri Perdagangan India Piyush Goyal juga menghadiri konferensi G7 dan mengundang Reynolds untuk mengunjungi India. Belum ada tanggal pasti yang ditetapkan, namun menteri Inggris mengatakan ia berharap dapat melanjutkan perundingan dengan India "sesegera mungkin". Reynolds mengakui bahwa Inggris tidak mungkin mencapai kesepakatan perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat dalam waktu dekat, namun memperkirakan bahwa hubungan akan tetap hangat siapa pun yang memenangkan pemilihan presiden pada bulan November. “AS akan selalu menjadi kunci hubungan bagi Inggris terlepas dari kepemimpinan politik negara-negara tersebut,” katanya.
Editor: Syamsul Azhar