Menteri Perindustrian: Potensi holtikultura di Gorontalo mesti dikembangkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengangkat potensi industri pengolahan komoditas hortikultura di Provinsi Gorontalo.

Langkah strategis ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, sekaligus juga menjadi solusi guna mendongkrak harga komoditas seperti kopra dalam jangka panjang. Ketika melakukan kunjungan kerja di Gorontalo, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Kemenperin fokus mendorong sektor industri pengolahan produk hortikulura di Gorontalo.

“Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor,” kata Perindustrian Airlangga, dalam rilisnya, Minggu (13/1). Menperin menegaskan, pihaknya terus menggenjot diversifikasi pada produk komoditas hortikultura untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu, produksi hortikultura akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman di dalam negeri. Didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Menperin berkesempatan untuk meninjau dan berdialog langsung dengan para pengusaha dan karyawan PT Royal Coconut dan PT Harvest Gorontalo Indonesia (HGI). “Terbukti dengan investasi Rp 500 miliar, PT HGI bisa menghasilkan devisa ekspor sebesar Rp 1,5 triliun. Selain itu, kami meninjau pabrik tepung kelapa PT Royal Coconut yang investasi awalnya Rp 100 miliar, saat ini ekspornya mencapai Rp 300 miliar. Artinya, ada potensi-potensi Gorontalo dengan industri berbasis hortikultura, dan ini yang akan kami dorong,” papar Airlangga. Oleh karena itu, lanjut Menperin, tugas pemerintah pusat akan menyiapkan skema insentif bagi industri di daerah. Salah satunya dalam hal penelitian dan pengembangan produk agar kualitasnya semakin baik setiap tahun. Sebagai penyerap produk hasil pertanian dan perkebunan, industri makanan dan minuman memiliki konsistensi kinerja yang gemilang dengan mampu mengatrol baik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas maupun ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman sebesar 35,73 % terhadap PDB industri non-migas pada triwulan III tahun 2018. “Kita juga harus mengurangi ketergantungan impor bahan baku produk pertanian sehingga bisa meningkatkan efisiensi di semua rantai nilai industri,” jelasnya. Sepanjang tahun 2018, nilai ekspor produk hortikultura segar dan olahan diproyeksi mencapai Rp 2,23 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini