JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan bahwa rencana Kementerian BUMN untuk membangun tol diatas laut, yang menghubungkan Jakarta-Surabaya melalui pantai utara (Pantura) bukanlah pekerjaan yang mudah. "Kalau tetap ingin membangun tol itu bisa dilakukan secara sepotong-sepotong. Sebenarnya idenya bagus, tapi harus bisa dibuktikan dan memenuhi persyaratan," tutur Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, Rabu (13/11), saat ditemui di acara Pameran Infrastruktur di JCC, Jakarta. Mengapa dikatakan tidak mudah, lanjut Djoko, banyak syarat yang harus dipenuhi oleh BUMN. Salah satunya adalah Kementerian BUMN dan kontraktor wajib menyusun studi kelayakan (feasibility study/FS) dan proses dampak lingkungan atau AMBAL dengan jelas. "Pembangunan tol atas laut ini perlu dilakukan FS secara jelas. AMDAL-nya juga seperti apa. Nanti kami akan mempelajarinya, sebab saya saja belum tahu rencana ini," tutur dia. Djoko menegaskan bahwa, pembangunan megaproyek tol atas laut tidak bisa sembarangan, karena diperlukan perhitungan soal BEP (break even point) dari invest yang sudah dikucurkan. "Jadi harus betul-betul layak, baik dari modal dan pengembalian modalnya. Sebab kalau dilihat rencana pembangunan jalan tol atas laut ini beda dengan Jakarta-Surabaya, tinggal lurus saja," tegas Djoko.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menteri PU: Tol diatas laut bukan pekerjaan mudah
JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan bahwa rencana Kementerian BUMN untuk membangun tol diatas laut, yang menghubungkan Jakarta-Surabaya melalui pantai utara (Pantura) bukanlah pekerjaan yang mudah. "Kalau tetap ingin membangun tol itu bisa dilakukan secara sepotong-sepotong. Sebenarnya idenya bagus, tapi harus bisa dibuktikan dan memenuhi persyaratan," tutur Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, Rabu (13/11), saat ditemui di acara Pameran Infrastruktur di JCC, Jakarta. Mengapa dikatakan tidak mudah, lanjut Djoko, banyak syarat yang harus dipenuhi oleh BUMN. Salah satunya adalah Kementerian BUMN dan kontraktor wajib menyusun studi kelayakan (feasibility study/FS) dan proses dampak lingkungan atau AMBAL dengan jelas. "Pembangunan tol atas laut ini perlu dilakukan FS secara jelas. AMDAL-nya juga seperti apa. Nanti kami akan mempelajarinya, sebab saya saja belum tahu rencana ini," tutur dia. Djoko menegaskan bahwa, pembangunan megaproyek tol atas laut tidak bisa sembarangan, karena diperlukan perhitungan soal BEP (break even point) dari invest yang sudah dikucurkan. "Jadi harus betul-betul layak, baik dari modal dan pengembalian modalnya. Sebab kalau dilihat rencana pembangunan jalan tol atas laut ini beda dengan Jakarta-Surabaya, tinggal lurus saja," tegas Djoko.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News