Menteri Rini resah melihat kurs rupiah



JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno sedikit resah melihat pergerakan nilai tukar mata uang rupiah yang pada perdagangan Jumat (5/3), masih belum mau beranjak dari kisaran Rp 13.000 per dollar AS. Rini mengakui, banyak perusahaan BUMN yang rentan resiko valuta asing (valas). Kebutuhan valas tinggi, sementara pendapatan yang diperoleh dalam bentuk valas rendah.

“Jadi, kami mendorong mereka mengurangi resiko itu. Kami dorong mereka melakukan hedging,” kata Rini ditemui di Kantor Kementerian BUMN. 

Kendati begitu, Rini menuturkan masih ada yang perlu diperjelas lagi soal mekanisme hedging. “Apakah pinjaman dapat dikonversi ke dalam rupiah, ataupun pendapatannya? Atau malah kemudian sudah dikalkulasi untuk dapat langsung menjadi dollar AS,” ucap Rini. 


Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih dibayangi pelemahan pada perdagangan Jumat (6/3) ini. Di pasar spot seperti dikutip dari data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka melemah ke posisi Rp 13.007 per dollar AS, dibanding penutupan kemarin pada 12.990. Namun hingga sekitar pukul 08.30 WIB, rupiah berhasil merangkak naik ke level 12.980. 

Laju mata uang Garuda masih rawan melemah seiring belum adanya sentimen positif di tengah penguatan indeks dollar AS. 

Meski dikabarkan otoritas Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi, namun menurut riset NH Korindo Secuurities, hal itu tidak banyak berpengaruh pada peningkatan laju rupiah. Selain itu, pernyataan dari BI maupun pemerintah yang terkesan tidak terlalu khawatir dengan pelemahan rupiah justru turut mendukung mata uang Garuda semakin melemah. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia