Menteri Susi sebut anjloknya harga garam akibat besarnya volume impor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebut, rendahnya harga garam di tingkat petani saat ini ditenggarai oleh besarnya impor dan bocornya garam tersebut ke pasar konsumsi.

"Persoalan harga jatuh adalah impor [garam] terlalu banyak dan itu bocor," ujar Susi, Kamis (4/7). Menurut Susi, bila kuota impor yang dibuka di bawah 3 juta ton seperti sebelumnya, maka harga di tingkat petani masih bisa berkisar Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram (kg).

Melihat itu, KKP meminta supaya Kementerian Perindustrian melakukan pendataan berapa besar pasokan dan kebutuhan yang dibutuhkan industri hingga klasifikasi garam yang dibutuhkan industri. Apalagi, saat ini KKP tak lagi dilibatkan dalam penentuan besaran impor.


"Saya harapkan ada mekanisme kontrol, yang mengontrol industri  dalam memberikan permohonan impor ke Kementerian Perindustrian dan mengontrol jumlah yang mengimpor," ujar Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi.

Brahmantya meminta supaya industri menepati janjinya untuk menyerap garam petani dan Kementerian Perindustrian memfasilitasi industri untuk membuat komitmen penyerapan baru yang lebih besar dari tahun lalu.

Dia menerangkan, dapat rapat koordinasi tahun lalu, industri telah berjanji menyerap garam rakyat sekitar 1,2 juta ton untuk periode Juli 2018 hingga Juni 2019, sementara hingga saat ini garam yang diserap masih sekitar 950.000 ton.

Berdasarkan data KKP, per 4 Juli 2019, stok garam produksi 2018 sebesar 435.068,86 ton, yang terbagi atas garam rakyat sebesar 237.068,86 ton dan PT Garam sebesar 198.000 ton. Sementara produksi garam di 2019 hingga 4 Juli sebesar 13.664,21 ton yang terdiri dari 3.164,21 ton dan PT Garam sebanyak 10.500 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .