Menuai Berkah dari Keoknya Rupiah



JAKARTA. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak selalu merugikan. Perusahaan-perusahaan berbasis ekspor berpotensi meraup untung dari selisih kurs. Salah satunya adalah PT Sekar Bumi Tbk (SKBM). Produk-produk perusahaan makanan beku ini mayoritas dijual ke pasar luar negeri alias ekspor.

Ivone Margaretha, Sekretaris Perusahaan Sekar Bumi mengatakan, sekitar 80% dari total produksi makan laut beku perusahaan diekspor. Beberapa negara yang menjadi pasar ekspor SKBM antara lain Amerika Serikat, negara-negara di Eropa, dan Jepang.

"Melemahnya kurs rupiah (terhadap dollar AS) memang akan menguntungkan kami," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (27/8). Selain itu, tingginya permintaan dari negara-negara ekspor juga menjadi lumbung fulus bagi perusahaan.


Kendati demikian, manajemen Sekar Bumi tidak mau gegabah dalam membuat proyeksi kinerja. Secara moderat, perusahaan menargetkan pendapatan SKBM di akhir tahun bisa dua kalilipat dari pencapaian di semester I-2013.

Pabrik Baru

Mengutip laporan keuangan per Juni 2013, anak usaha Sekar Group ini mengantongi penjualan bersih sebesar Rp 502,63 miliar. Maka, akhir Desember 2013, Sekar Bumi diproyeksikan bisa mencatatkan penjualan bersih minimal Rp 1 triliun.

Jika tercapai, maka dibandingkan akhir 2012, akan terjadi kenaikan sekitar 32,78%. Sebagai tambahan informasi, sepanjang enam bulan pertama, penjualan bersih SKBM naik 30,07% year-on-year (yoy). Sedangkan laba bersih perusahaan melonjak hingga 74,08% dari Rp 5,75 miliar menjadi Rp 10,01 miliar.

Untuk memaksimalkan kinerja perusahaan ke depan, Sekar Bumi melancarkan sejumlah ekspansi Perusahaan resmi mendirikan anak usaha bernama PT Bumi Pangan Asri (BPA).

Fokus binsnis anak perusahaan SKBM ini produsen produk laut beku. Namun, secara umum, BPA bergerak di bidang perdagangan impor ekspor, industri makanan dan minuman yang berbasis hasil pertanian dan hasil hutan. Selain itu, BPA juga melayani jasa konsultan makanan dan minuman serta jasa konsultan pembangunan industri makanan dan minuman.

BPA resmi berdiri pada pertengahan Juli 2013. Anak usaha yang memiliki modal dasar Rp 80 miliar ini langsung tancap gas membangun pabrik pertama. Lokasinya di Lamongan, Jawa Timur. Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi sekitar 800 ton hingga 1.000 ton per bulan. Pabrik ini ditargetkan rampung tahun 2014 mendatang.

Ivone mengaku belum bisa membeberkan nilai investasi pembangunan pabrik anyar ini. Pasalnya, tingginya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat perusahaan harus terus memperbarui keperluan investasi.

"Yang jelas, nilai belanja modal kami bertambah dengan adanya pabrik Lamongan ini," jelas Ivone. Informasi saja, manajemen SKBM telah menyiapkan dana investasi sebesar Rp 100 miliar untuk tahun 2013. Saat ini, SKBM juga membangun pabrik di Jakarta dengan kapasitas yang sama.

Selain untuk mendongkrak kinerja, ekspansi ini harus dilakukan mengingat kapasitas produksi SKBM sudah penuh. Adapun, total kapasitas produksi perusahaan sebesar 800 ton per bulan. Selain mendirikan anak usaha baru, SKBM juga melakukan ekspansi anroganik.

SKBM akan mengubah lini bisnis BPI yang sebelumnya bergerak di bidang perdagangan, pembangunan, industri pengangkutan, pertanian, jasa percetakan, dan perbengkelan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Amailia Putri