KONTAN.CO.ID - BONTANG. Pengurangan emisi karbon menjadi kewajiban semua pihak tak terkecuali pelaku industri.
Blue ammonia menjadi salah satu pilihan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Sejalan dengan itu, perusahaan berencana membangun pabrik
soda ash demi memanfaatkan CO2 buangan dalam proses produksi amonia. Sebagai produsen pupuk urea dan NPK, proses produksi Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur menghasilkan gas buangan berupa CO2. Sampai sejauh ini, gas buangan tersebut hanya dilepas begitu saja ke udara. Namun ke depan, anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) itu berencana memanfaatkannya sebagai salah satu bahan baku
soda ash. Erna Rokhayati, Staf Proses dan Pengelolaan Energi (PPE) PT Pupuk Kalimantan Timur menjelaskan amonia paling tidak terbagi menjadi tiga yakni
brown ammonia,
blue ammonia dan
green ammonia. Brown ammonia atau ammonia konvensional yang selama ini diproduksi oleh para pelaku industri, memakai bahan baku gas alam dan bahan bakar batubara. Kedua komoditas berbasis fosil itu menghasilkan emisi CO2 dalam proses penggunannya.
Baca Juga: Bangun Pabrik Soda Ash US$ 250 Juta, Pupuk Kaltim Bidik Pasar Unilever Hingga Maspion Blue ammonia juga menggunakan bahan baku dan bahan bakar yang sama dengan brown ammonia. "Tapi emisi CO2 yang dihasilkan ditangkap dengan
underground CO2
capture atau dimanfaatkan untuk keperluan lain supaya emisinya seminimal mungkin," kata Erna saat dikunjungi KONTAN di Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (26/7). Proses penangkapan emisi CO2 untuk dimasukkan ke dalam lapisan batuan bawah permukaan bumi atau diinjeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu, dikenal dengan
carbon capture storage (CCS). Tujuannya untuk memerangkap gas sehingga tidak lepas ke atmosfer. Sementara penangkapan emisi CO2 untuk digunakan dalam keperluan lain biasa dikenal dengan
carbon capture utilization and storage (CCUS). Berbeda dengan
brown ammonia dan
blue ammonia,
green ammonia menggunakan bahan baku maupun bahan bakar dari energi terbarukan. Alih-alih menggunakan gas alam dalam mendapatkan hidrogen, konsep green ammonia memanfaatkan air untuk mendapatkan hidrogen lewat proses elektrolisa. Sementara bahan bakar yang digunakan antara lain bisa menggunakan kincir angin atau solar sel.
Baca Juga: Tekan Emisi Karbon, Pupuk Kaltim Gunakan Motor Listrik untuk Aktivitas di Perusahaan Menginjak usia 45 tahun, Pupuk Kaltim merancang peralihan dari
brown ammonia menjadi
blue ammonia. Perusahaan akan membangun pabrik
soda ash demi memanfaatkan gas buang CO2 yang dihasilkan dari proses produksi amonia. Target produksi pabrik mulai tahun 2025.
Soda ash adalah bahan baku penting yang digunakan dalam sejumlah industri pembuatan kaca, deterjen, sabun dan bahan kimia lain.
Soda ash yang merupakan garam natrium dari asam karbonat juga berguna untuk menaikkan pH air kolam renang hingga mengendapkan kotoran agar kolam air tetap bersih. Pupuk Kaltim berencana membangun pabrik
soda ash di area seluas 16 hektare (ha) dengan kapasitas produksi 300.000 metrik ton per tahun. Selain soda ash, pabrik juga akan menghasilkan produk sampingan berupa amonium klorida dengan kapasitas hingga 300.000 metrik ton per tahun.
Baca Juga: Ini Empat Tantangan Terbesar Pengembangan Energi Hijau di Sektor Industri Domestik Proses produksi
soda ash nanti menggunakan teknologi Hou dari China. Hou adalah variasi dari proses
solvay dalam pembuatan soda secara kimia. Adapun
solvay atau proses amonia-soda merupakan langkah pembuatan natrium karbonat. Pupuk Kaltim sengaja memilih teknologi Hou karena sudah memiliki dua dari tiga bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan
soda ash yakni amonia dan CO2. Asal tau pembuatan
soda ash yang menggunakan teknologi itu, memerlukan amonia, CO2 dan garam. Ketua Tim Persiapan Soda Ash PT Pupuk Kalimantan Timur Wildan Hamdani mengatakan Hou bersifat
open technolgy dan sudah terbukti di China. "Selain Hou ada juga teknologi lain seperti yang digunakan Amerika Serikat dan Turki tapi itu menggunakan bahan tambang batuan yang lalu diolah," katanya saat ditemui di Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (26/7).
Serapan CO2
Pabrik
soda ash Pupuk Kaltim akan menempati area seluas 16 hektare (ha) dengan kapasitas produksi 300.000 metrik ton per tahun
soda ash dan 300.000 metrik ton per tahu amonium klorida. Nilai investasi sebesar US$ 200 juta-US$ 250 juta, akan dipenuhi dari kantong pribadi Pupuk Kaltim. Perkiraan
internal rate of return (IRR) sebesar 12%.
Baca Juga: Indonesia Mengajak dan Mendorong Negara G20 Mempercepat Transisi Energi Hijau Menurut rancang bangun, pabrik
soda ash Pupuk Kaltim nanti akan menyerap 210.000 metrik ton per tahun CO2 dan 102.000 metrik ton amonia. Karena CO2 yang digunakan nanti adalah limbah buangan, perusahaan nyaris tidak mengeluarkan ongkos untuk mendapatkannya. Kalau kebutuhan amonia akan mencuil produksi yang selama ini ditujukan untuk pembuatan pupuk urea maupun NPK. Sementara kebutuhan garam untuk mendukung operasional penuh pabrik
soda ash mencapai 345.000 metrik ton per tahun. Pupuk Kaltim berencana memenuhinya dengan cara mengimpor dari India dan Australia karena pasokan dalam negeri sangat terbatas. Pupuk Kaltim menargetkan pabrik
soda ash beroperasi mulai akhir 2025. Saat ini, perusahaan sedang dalam proses tender yang diikuti oleh lima peserta. Target penetapan pemenang tender antara Februari hingga Maret 2023.
Baca Juga: Permintaan Energi Surya Naik, Perkumpulan Pemasang PLTS Atap (Perplatsi) Dibentuk Sebanyak lima peserta tender yang sebagian besar berasal dari dalam negeri, bersaing untuk memenangkan pengerjaan proyek. Selain perusahaan, konsorsium juga terlibat dalam tender tersebut. "Tapi nanti siapapun yang menang tetap akan ditemani perusahaan China," kata Wildan. Adapun sejak 6 Juli 2022 lalu, Pupuk Kaltim melakukan pekerjaan
basic engineering atau teknik dasar dengan tujuan membuat spesifikasi proyek yang dibutuhkan dalam dokumen tender. PT Rekayasa Industri (Rekind) dan sebuah perusahaan China yang mengerjakan pekerjaan itu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina