Menuju Swasembada Gula di Sulsel



MAKASSAR. Predikat PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV sebagai perusahaan perkebunan plat merah terburuk, tampaknya akan segera sirna. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil mengatakan buah revitalisasi Pabrik Gula (PG) Takalar, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan sudah mulai terlihat. PG Takalar adalah salah satu penyokong kehidupan PTPN XIV. "Tahun ini PG Takalar bisa make money. Proyeksi tahun ini untung Rp 40 miliar," kata Sofyan, akhir pekan lalu. Tak hanya Sofyan yang sumringah. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla tak kalah bangga atas perubahan drastis PG Takalar. Dia bercerita enam bulan lalu PG ini dalam kondisi memprihatinkan. "Sudah seperti rongsokan. Tapi sekarang sudah bisa berproduksi tinggi," kata Kalla, dengan mata berbinar. Sofyan mengatakan mesin pabrik gula ini bisa kembali berputar berkat adanya pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Tentu bukan kredit atas nama PTPN XIV. Soalnya perusahaan ini belum bankable. Bahkan, mereka masuk dalam golongan perusahaan dengan kategori 5 alias perusahaan dengan kredit macet. Namun, berkat kredit enhancement dan jaminan dari PT RNI, pinjaman pun bisa meluncur. PTPN XIV mendapat utang dari BRI sebesar Rp 450 miliar. "Memang, bunganya tinggi, sebesar 13%," terang Sofyan. Direktur Utama PTPN XIV Hendra Iskaq mengatakan sasaran revitalisasi ini adalah tercapainya swasembada gula Sulsel pada tahun 2011. PG Takalar adalah satu dari tiga PG yang mereka miliki. "Saat ini total produksi gula PTPN XIV sebesar 46.000 ton per tahun," kata Hendra. Hendra menargetkan produksi gula tahun depan bisa mencapai 72.000 ton. Lalu pada tahun 2011, produksi gula bisa mencapai 100.000 ton. Untuk memenuhi target ini, Hendra akan menempuh beberapa cara. Pertama, perluasan tanaman tebu di Sulsel. Kedua, perbaikan pabrik-pabrik gula supaya bisa menggenjot peningkatan produksi. "Kami baru menanam tebu di areal seluas 8.000 hektar dari 28.000 hektar lahan yang kami miliki," kata Hendra. Setahun lalu, PTPN XIV menderita kerugian hingga Rp 56 miliar. Saat ini, mereka juga sedang mengupayakan tambahan pinjaman dari BRI sebanyak Rp 180 miliar. Dana ini akan mereka manfaatkan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test