KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja saham PT Surya Citra Media Tbk (
SCMA) tahun ini diprediksi tak terpengaruh banyak oleh hajatan Piala Dunia 2022 yang berlangsung akhir tahun lalu. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan mengatakan, euforia Piala Dunia FIFA 2022 membantu SCMA menarik pangsa pemirsa
prime-time sebesar 38,9% pada bulan November 2022. Perolehan itu, kata Farras, bahkan mengalahkan saingan terbesar SCMA, yaitu MNCN yang hanya memperoleh 35,4% di bulan November 2022.
Namun, Piala Dunia 2022 hanya menaikkan pangsa pasar SCMA selama sebulan. “Investasi SCMA sebesar Rp 636 miliar untuk hak siar Piala Dunia tidak sepadan dengan perolehan itu. Sebab, perbedaan pangsa pemirsa SCMA relatif tipis dengan MNCN,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (1/3).
Baca Juga: Prospek MNCN Dipoles Movieland, Simak Rekomendasi Sahamnya Farras memproyeksikan, SCMA membukukan laba bersih sebesar Rp 303 miliar pada kuartal IV 2022. Perolehan itu naik 7% secara tahunan atau
Year on Year (YoY) dan naik 41%
Quarter-on-quarter (QoQ).
Kenaikan laba bersih itu, kata Farras, didominasi oleh pendapatan iklan selama Piala Dunia 2022 dan kontribusi dari Vidio sebagai katalis pertumbuhannya. Namun, tren tersebut mungkin tidak akan bertahan lama, karena Vidio harus kembali mengandalkan konten aslinya setelah Piala Dunia berakhir. “Pendapatan Vidio mungkin turun drastis setelah Piala Dunia 2022. Kami memperkirakan SCMA di tahun 2022 akan membukukan pertumbuhan
Earning per share (EPS) negatif, yaitu Rp 1,1 triliun, turun 15,9% YoY,” paparnya.
Baca Juga: BEI Siapkan Papan Pemantauan Khusus, Saham Apa Saja yang Berpotensi Masuk? Selain itu, pasar
free to air (FTA) mungkin akan menderita tahun ini akibat perusahaan-perusahaan teknologi yang memilih untuk memangkas belanja iklan mereka. Hal itu akan semakin menghambat prospek pertumbuhan SCMA. Menurut Farras, SCMA diperkirakan akan mencatat pertumbuhan rata-rata sebesar Rp 6,9 triliun pada tahun 2023, naik 8,2% YoY. “Sementara, laba bersih SCMA di tahun 2023 dapat tumbuh menjadi Rp1,3 triliun alias naik 18,5% YoY, terutama karena low-base effect dari 2022,” ungkapnya.
Baca Juga: Prospek Saham Consumer Cyclicals di tengah Rotasi Sektor dan Pemantauan Khusus Farras pun merekomendasikan HOLD untuk SCMA dengan target harga Rp 220 per saham. Risiko utama penurunan kinerja SCMA di tahun 2023 adalah pertumbuhan pelanggan yang lebih rendah dari perkiraan serta penurunan tajam pada belanja iklan alias advertising expenditure (adex). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli