KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dalam rapat FOMC nanti. Kenaikan suku bunga diperkirakan sebesar 25 basis point (bps) yang artinya berada di kisaran 2% sampai 2,25%. Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest mengatakan, pasar saham masih akan naik hingga akhir tahun, terlepas dari kenaikan FFR. Aditya mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjadi karena rupiah yang melemah. "Untuk kenaikan FFR sudah diantisipasi pasar, justru kita akan melihat long term view dari kebijakan The Fed. Apakah akan tetap hawkish? Jika iya, tentu BI rate akan terus mengikuti," kata Aditya, Rabu (26/9) Hal ini secara tidak langsung akan membebani perusahaan karena cost of borrowing akan semakin tinggi. Jika rupiah melemah maka ada risiko ganda. "Jadi pelaku pasar saat ini bisa memanfaatan pola trading yang disiplin. Gunakan risk-reward dan batasi kerugian dengan stop loss. Beberapa sektor terlihat memiliki volatilitas yang tinggi seperti sektor perbankan, barang konsumsi dan aneka industri," kata Aditya
Menunggu keputusan The Fed, saham-saham blue chip ini bisa diburu
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dalam rapat FOMC nanti. Kenaikan suku bunga diperkirakan sebesar 25 basis point (bps) yang artinya berada di kisaran 2% sampai 2,25%. Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest mengatakan, pasar saham masih akan naik hingga akhir tahun, terlepas dari kenaikan FFR. Aditya mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjadi karena rupiah yang melemah. "Untuk kenaikan FFR sudah diantisipasi pasar, justru kita akan melihat long term view dari kebijakan The Fed. Apakah akan tetap hawkish? Jika iya, tentu BI rate akan terus mengikuti," kata Aditya, Rabu (26/9) Hal ini secara tidak langsung akan membebani perusahaan karena cost of borrowing akan semakin tinggi. Jika rupiah melemah maka ada risiko ganda. "Jadi pelaku pasar saat ini bisa memanfaatan pola trading yang disiplin. Gunakan risk-reward dan batasi kerugian dengan stop loss. Beberapa sektor terlihat memiliki volatilitas yang tinggi seperti sektor perbankan, barang konsumsi dan aneka industri," kata Aditya