Menunggu realisasi kongkrit KAA



BANDUNG. Perhelatan besar  Konferensi Asia Afrika (KAA) sudah selesai. Kini, masyarakat akan menagih manfaat hasil pembahasan selama kurang lebih tiga hari oleh para Kepala Negara dan delegasi saat mengikuti pertemuan di Jakarta.

Pertemuan itu menyepakati tiga dokumen, yakni Pesan Bandung, Deklarasi Penyegaran Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika dan Deklarasi Palestina Merdeka. Pesan Bandung berisi 41 poin, yang antara lain tentang penguatan kerjasama bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Presiden Joko Widodo dalam pidato penutupannya mengungkapkan, hasil dari pertemuan ini harus memenuhi kepentingan negara-negara di Asia dan Afrika. Kepentingan-kepentingan itu harus sesuai dengan konteks kesejahteraan, solidaritas dan stabilitas. "Negara-negara Asia-Afrika kini dituntut untuk melakukan konteks dan aktualisasi tiga nilai utama," ujar Jokowi.


Presiden China Xi Jinping pun menegaskan, kerjasama ekonomi Selatan-Selatan menjadi agenda yang perlu didukung. Begitupun, Perdana Menteri Mesir Ibrahim Mahleb meyakini, terwujudnya kerjasama Selatan-Selatan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, perlu tindak lanjut yang lebih spesifik atas kesepakatan yang dibuat dalam peringatan KAA ke-60 tahun ini.

Direktur Institute Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai, pekerjaan rumah pemerintah sekarang adalah agar kesepakatan ini bisa menjadi hal yang konkrit. Misalnya saja soal meningkatkan kerjasama ekonomi, secara nyata harus terlihat dari target perbaikan ekspor.

Hasil nyata memang harus terlihat. Sebab biaya untuk menyelenggarakan acara ini tidaklah sedikit. Sayang jika acara yang menghabiskan dana hampir Rp 200 miliar ini hanya berujung pada kesepakatan seremonial semata. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie