Menunggu respon cepat atasi anjloknya harga CPO



JAKARTA. Persoalan minyak sawit memulai babak baru. Masih rendahnya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hingga saat ini membuat pemerintah Malaysia dikabarkan akan memperpanjang pembebasan bea keluar (BK) CPO hingga November atau Desember. Awalnya, pemerintah mengambil langkah pembebasan BK CPO pada bulan September dan Oktober.

Melihat kondisi tersebut, kalangan pengusaha mengharap agar pemerintah bergerak cepat dalam menyikapi langkah yang dilakukan pemerintah Malaysia tersebut. Apalagi saat ini harga CPO dengan minyak nabati lain seperti kedelai dan rapeseed perbedaanya tidak terlalu tinggi.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan, setidaknya pemerintah Indonesia perlu mengkaji kebijakan untuk membebaskan BK dalam periode waktu tertentu sesuai dengan kondisi persawitan dunia. 


Derom berpendapat dengan pembebasan BK tersebut, harga CPO diharapakan menjadi lebih kompetitif lagi sehingga gap perbedaan harga antara minyak sawit dengan minyak nabati lain menjadi lebih murah lagi. "Tahun 2010-2011 perbedaan harga minyak sawit dengan minyak nabati lain US$ 200 per ton, tetapi saat ini hanya US$ 90 per ton," kata Derom, Kamis (25/9).

Apalagi, menurut Derom bahan baku minyak kedelai dan rapeseed dapat dibeli berupa biji. Sehingga dapat di stok lebih lama, atau bila terjadi kelebihan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Hal ini berbeda dengan minyak sawit yang hanya dapat diimpor dalam bentuk minyak.

Dampak disparitas harga antar minyak nabati tersebut sudah terlihat di India. Derom bilang bila tahun lalu komposisi penyerapan minyak sawit India mencapai 85%, tahun ini diperkirakan menurun menjadi 60%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto