Menunggu Turunnya Harga Solar



JAKARTA. Tiba saatnya pemerintah menepati janji menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium sebesar Rp 500 per liter, mulai hari ini (1/12). Dengan begitu, harga premium di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) jaringan PT Pertamina di seluruh Indonesia kini menjadi Rp 5.500 per liter.

Berita penurunan harga premium, yang sudah santer sejak dua pekan lalu, agaknya membuat konsumen mengerem pembelian menjelang masa berlaku pukul 00.00 hari ini. Tanda-tanda itu sudah terlihat dalam beberapa terakhir. Sepanjang siang kemarin, di sejumlah SPBU Pertamina di Jakarta dan Bekasi tampak sedikit lengang. Padahal biasanya para pengendara kendaraan bermotor antre.

Suasana ini klop dengan catatan Pertamina. Menurut Wakil Presiden Komunikasi Korporasi PT Pertamina Anang R. Noor, konsumsi premium beberapa hari terakhir memang turun, kendati tidak banyak. "Ada penurunan konsumsi 5%," katanya, Ahad (30/11).


Permintaan premium kemungkinan besar bakal melambung lagi mulai hari ini. Makanya, Anang bilang, Pertamina sudah menyiapkan stok dengan menambah persediaan sebesar 10% dari konsumsi harian rata-rata sebesar 50.000 kiloliter (kl). Jadi, Pertamina akan menambah 5.000 kl per hari. "Stok kami cukup hingga lebih dari 20 hari," kata Anang.

Tapi, kabar gembira itu belum juga mampir bagi pengusaha yang mengkonsumsi solar transportasi. Sebab, hingga kini, pemerintah masih berkelit untuk segera menurunkan harga solar. Padahal, sejak dua pekan lalu, para pengusaha sudah mendesak pemerintah agar turut menurunkan harga solar subsidi.

Harga solar menyusul?

Ketua Umum Kadin M.S. Hidayat menyatakan, dua pekan lalu, pengusaha telah meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro agar menurunkan harga solar sebesar Rp 500 per liter medio Desember 2008. "Ini akan berefek buat ekonomi. Penurun-an harga solar bisa menurunkan pengeluaran," katanya.

Sayang, saat itu, Menteri Purnomo hanya menjanjikan penurunan sebesar Rp 300 per liter, tak jelas mulai kapan.

Bisa jadi, janji itu adalah cara pemerintah melunakkan tuntutan pengusaha. Tapi, yang terang, pemerintah memastikan penurunan harga solar bersubsidi bukan bulan ini. "Masih agak berat untuk itu, karena harga keekonomian masih cukup tinggi," dalih Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Legowo.

Menurut Evita, pemerintah masih perlu melihat perkembangan harga minyak mentah dunia. "Kami belum bisa memutuskan kapan dan berapa penurunan harga solar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie