Menurut Analis, Begini Prospek Saham Bank DKI dan Bank Sumut Bila Lakukan IPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Pembangunan Daerah (BPD) semakin meramaikan pasar modal di Indonesia. Hingga saat ini sudah ada Bank BJB (BJBR), Bank Jatim (BJTM), dan Bank Banten (BEKS). Terbaru, Bank DKI akan menghelat penawaran saham perdana atau Initiap Public Offering atau IPO. Aksi korporasi ini akan membidik dana segar sebesar Rp 3 triliun.

Sebelumnya, Bank Sumut juga berencana melakukan IPO, namun rencana itu ditunda yang awalnya direncanakan pada 5-8 Januari 2023 lalu. 

Research & Consulting Manager Infovesta, Nicodimus Kristiantoro menyatakan kedua bank memiliki fundamental yang sehat. Menggunakan laporan keuangan September 2022, Nico menganalisa Bank DKI menjadi kelompok bank daerah dengan total aset terbesar keempat dan Bank Sumut kelima. 


"Kemudian jika dilihat dari tingkat kesehatan bank, keduanya memiliki Score CAMEL yang ada di Infovesta di atas 90 alias kondisi sehat. Secara fundamental, laporan keuangan juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih," ujar Nico kepada KONTAN pada Kamis (9/3).

Baca Juga: Ini Sentimen Pendorong Pergerakan Saham Bank Jago (ARTO)

Lanjut Nico, jika kedua BPD itu melakukan IPO makan akan menambah pilihan bagi investor untuk mendapatkan saham bank daerah selain tiga bank yang sudah muncul sebelumnya. Modal kedua bank tersebut juga akan bertambah dan bisa digunakan untuk kebutuhan ekspansi atau modal kerja lainnya.

"IPO Bank DKI dan Bank Sumut ini juga dapat membuat nasabah loyal atau prioritas dari kedua bank tersebut memiliki opsi investasi tambahan di sahamnya masing-masing," paparnya. 

Kendati demikian, Nico mengingatkan para investor yang ingin membeli saham bank daerah perlu memperhatikan dari sisi likuiditas. Lantaran bisa dibilang bank daerah masih kurang likuid dibandingkan bank konvensional.

"Bisa dibilang adanya aksi korporasi seperti stock split, atau pembagian dividend dan sebagainya bisa menjadi sweetener tambahan yang bisa dimaksimalkan investor terhadap saham bank daerah ini," jelas Nico. 

Adapun Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal FEB Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menyatakan dari tiga BPD yang sudah melakukan IPO yang lumayan disukai investor hanya BJBR dan BJTM. Lantaran keduanya dikenal cukup royal membagikan dividen alias dividend yield yang lumayan tinggi. 

"Apakah dua BPD yang akan melantai bisa seperti itu nantinya? Jika iya, investor akan cukup meminati, saya pikir. Tapi keduanya valuasinya hanya di angka PBV sekitar 1 alias dipandang biasa saja dibandingkan bank-bank besar sekelas BMRI dan BBRI apalagi dengan BBCA," tuturnya kepada KONTAN.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank DKI Rommy Wijayanto menyatakan IPO Bank DKI untuk mewujudkan transparansi ke publik. “Bukan karena kebutuhan likuiditas, mengingat CAR kami cukup tebal di atas 24%, tapi lebih mengedepankan GCG dan transparansi,” imbuh Rommy kepada KONTAN (7/4).

Menggunakan kinerja keuangan tahun 2022, Bank DKI akan melepas minimal 25% saham.  Adapun merujuk  performa keuangan, Bank DKI  mencatatkan laba bersih sebesar Rp 939,11 miliar di tahun lalu. Secara tahunan atau year on year (YoY), laba tersebut naik 29% dari 2021 yang sebesar Rp 727,36 miliar. Masih merujuk data yang sama, total aset Bank DKI sepanjang tahun 2022 mencapai Rp 78,88 triliun, naik 11,51% dari tahun lalu yang mencapai Rp 70,74 triliun. 

“Kami akan mengupayakan bisa menjadi Rp 100 triliun di tahun ini,” ujar Fidri.

Sinergi dengan pemegang saham dan BUMN DKI menjadi salah satu upaya DKI untuk mempertebal aset. Bila IPO ini terealisasi, bank yang kelak menggunakan ticker atau kode saham BDKI ini akan menambah deretan IPO BPD di Tanah Air. 

Baca Juga: BRI Bidik Jumlah Nasabah Wealth Management Tumbuh Double Digit pada Tahun 2023

Sedangkan Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Agus Condro Wibowo bilang, keputusan penundaan tersebut diambil Bank Sumut bersama dengan penjamin pelaksana emisi efek dan seluruh profesi penunjang.

"Saat ini, kami tengah mengatur timeline baru untuk jadwal IPO guna mengoptimalkan penawaran umum perdana saham," jelas Agus.

Namun, ia memastikan Bank Sumut tetap berkomitmen untuk melanjutkan proses IPO dalam rangka mencapai tujuan jangka panjang dan ekspansi bisnis.

Bank Sumut bencana melepas maksimal 2,93 miliar saham atau setara dengan 23% dari modal ditempatkan dan disetor pasca IPO. Harga penawarannya berkisar di Rp 350-510 per saham. Sehingga Bank Sumut berpotensi meraup dana segar sebanyak-banyaknya Rp 1,49 triliun. Sekitar 80% dari dana IPO akan dipakai untuk modal kerja untuk ekspansi bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi