Menurut analis, inilah peluang IHSG sesi II



JAKARTA. Perdagangan sesi I Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini (14/8) ditutup menguat 0,49% atau 22,932 poin menjadi 4.675,329. Sejumlah analis yang dihubungi KONTAN memperkirakan, IHSG pada sesi II masih berpeluang menguat.

Dimas Adrianto, analis Asjaya Indosurya Securities memperkirakan, IHSG bergerak mixed dan cenderung menguat pada perdagangan sesi II nanti, atau sehari sebelum pengumuman suku bunga acuan perbankan atau BI rate.

Menurut Dimas, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan dilakukan besok (14/8), akan menjadi perhatian investor sebelum melakukan aksi perdagangan.


"Kami melihat, besar kemungkinan BI menaikkan BI rate. Karena melihat nilai tukar rupiah yang semakin melemah setelah neraca perdagangan masih defisit dan inflasi bulan Juli yang tinggi," kata Dimas, Rabu (14/8).

Menurut Dimas, BI akan mempertimbangkan aksi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan memulai pengurangan program stimulusnya bulan September hingga Desember. Program pengurangan stimulus tersebut akan membuat nilai tukar dollar AS (USD) menguat.

Dimas memperkirakan IHSG sesi II, akan bergerak di rentang support 4.580 dan resisten 4.750. Untuk saham yang menjadi pilihan, Dimas merekomendasikan saham dengan kinerja bagus yang kemungkinan kembali terkoreksi bila BI rate naik esok hari.

Senada dengan Dimas, Satrio Utomo analis Universal Broker Indonesia memperkirakan, IHSG sesi II bergerak datar alias flat dengan kecenderungan menguat. Hal ini karena kondisi pasar seperti bursa regional relatif tanpa sentimen.

Menurut Satrio, sepinya transaksi di pasar lantaran investor masih melakukan wait and see atas pengumuman BI rate besok. Pemodal asing juga turut melakukan aksi wait and see, hal itu terlihat dengan transaksi net buy asing yang mencapai Rp 44 miliar, setelah kemarin melakukan aksi net sell Rp 300 miliar. "Pasar masih wait and see atas pengumuman BI rate esok," kata Satrio.

Satrio memperkirakan, IHSG sesi II bergerak pada kisaran support di level 4.620-4.650 dan resisten di 4.680. "Level psikologis resisten 4.700-4.750. Jika nanti IHSG sesi II ditutup dibawah 4.620, maka tren naik IHSG sudah berakhir," ujar Satrio.

Untuk saham, Satrio enggan merekomendasikan secara spesifik, terkait kondisi wait and see tersebut. Namun, ia merekomendasikan saham GGRM pada posisi sell on strength jika berada pada kisaran 44.000-45.000.

"Saham tambang batubara sudah sampai di resistennya, maka pergerakan harga tertahan karena banyak yang melakukan aksi profit taking. Lihat nanti pergerakannya seperti apa," kata Satrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri