Menusuk peluang laba satai dari Kediri



Kalau ada survei, barangkali satai termasuk makanan paling populer bagi orang Indonesia. Maklum saja, daging bakar tusuk ini tak hanya lezat, tapi juga gampang ditemui. Penjual satai berjibun, mulai pedagang keliling hingga kelas resto mewah. Kendati sudah disesaki banyak pemain, toh bisnis ini tak pernah surut. bahkan sekarang semakin banyak pengusaha yang menawarkan waralaba maupun kemitraan bisnis satai. Salah satu tawaran kemitraan satai datang dari Bayu Syahrul, pemilik Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen dari Kediri, Jawa timur. Berdiri sejak tahun 1973, warung satai ini merupakan bisnis keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Bayu merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha tersebut.Ia mulai menawarkan kemitraan sejak 2007. Warung ini mengusung satai ayam kampung sebagai menu andalan dengan cita rasa tradisional. Untuk mendapatkan satai dengan cita rasa terbaik, Bayu tak membeli daging ayam mentah yang sudah disembelih. "Kami beli ayam hidup, kami sembelih sesuai kebutuhan sehingga masih segar," jelasnya. Hingga saat ini, Sate Siboen sudah memiliki tiga gerai sendiri di Kediri. Sementara gerai mitra berjumlah empat yang berlokasi di Malang dan Surabaya. "Tahun ini ada yang mau kerja sama lagi dari Pare, Blitar, dan Tuban," ujarnya. Ia menargetkan, jumlah mitra tahun ini mencapai 20 mitra. Sate Siboen menawarkan dua paket kerja sama. Pertama paket kemitraan. Dalam kerja sama ini mitra cukup menyediakan tempat. Bahan baku, tenaga kerja, dan promosi diurus pusat. Kedua, berupa tawaran waralaba senilai Rp 100 juta. Dalam kerja sama waralaba ini, mitra mendapatkan peralatan masak, pasokan bumbu, dan ayam kampung.Untuk paket kemitraan berlaku sistem profit sharing. Di mana pemilik tempat mendapat 7,5% dari laba kotor. Sementara dalam model kedua, keuntungan sepenuhnya menjadi milik mitra. Selain satai, tersedia juga menu lain seperti satai telur, ati ampela, aneka sup dan balung ayam berkuah. Harga menunya mulai Rp 7.500-Rp 18.000 per porsi. Omzet satu hari diperkirakan Rp 2 juta, dengan laba 25%. Dengan omzet sebesar itu, balik modal diperkirakan tercapai dalam waktu dua sampai tiga tahun. Bije Widjajanto, pengamat waralaba dari Ben WarG Consulting, menilai, tawaran waralaba Sate Ayam Ponorogo Pak Siboen masih wajar. "Semuanya, termasuk nominalnya, masih relevan," ujarnya.Namun, menurutnya, meski brand Sate Siboen sudah kuat di Kediri tidak menjamin bisa sukses di wilayah lain. "Agak sulit menjual kesuksesan sebuah label di luar tempat asalnya," jelas Bije.Menurutnya, banyak faktor lain yang menentukan, seperti kesesuaian produk dengan lokasi yang akan ditempati, kemampuan manajemen franchisor menyokong usaha mitra lewat distribusi yang lancar dan tanpa celah. "Saya kira mitra perlu mendalami semua aspek itu," ujarnya. Sate Siboen Jl. Panglima Sudirman 134 Kediri, Jawa TimurTelp: 0354-682843,HP: 085648750808

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi