Menutup Akhir Tahun, Banyak Perusahaan Multifinance Revisi Target



JAKARTA. Satu tahun terakhir ini, perusahaan pembiayaan atau multifinance mendapat banyak berkah. Tingginya harga komoditas yang terjadi akhir tahun lalu turut memacu pertumbuhan penyaluran kredit mereka. Ini tak hanya dari perusahaan yang butuh pembiayaan untuk pembelian alat-alat berat sebagai pendukung usaha pertambangan atau perkebunan. Multifinance juga ikut menuai untung berkat daya beli masyarakat yang meningkat dari kedua sektor tersebut. Data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyebutkan, sampai akhir 2008 penyaluran pembiayaan multifinance telah mencapai Rp 128,4 triliun. Artinya, ini meningkat 18% dari pencapaian 2007 yang sebesar Rp 110,6 triliun. Sayangnya, masa bulan madu perusahaan multifinance itu mulai berakhir. Seperti industri keuangan lainnya, perusahaan pembiayaan tak luput dari imbas pecahnya krisis finansial global. Alhasil, bank berhitung ulang untuk memenuhi komitmen penyaluran dana perusahaan pembiayaan. "Akan susah diprediksi bila multifinance meminjam dana dari luar negeri, karena mereka mengerem penyaluran dananya saat situasi tidak kondusif seperti sekarang ini," ujar Susilo Sudjono, Ketua APPI. Belum lagi likuiditas yang susut itu juga mengakibatkan suku bunga pinjaman membumbung tinggi. "Saat ini suku bunga yang diberikan untuk multifinance berkisar 15%-16%," kata Dennis Firmansyah, Sekjen APPI. Selain itu, guncangan krisis juga meruntuhkan daya beli masyarakat. Ekspor yang melemah dan maraknya pemutusan hubungan kerja di berbagai industri, tentu saja menurunkan permintaan masyarakat. Ditambah lagi anjloknya harga komoditas, seperti kelapa sawit, menjadi pukulan berat bagi industri ini. Soalnya, pertumbuhan multifinance yang terjadi belakangan ini banyak disokong oleh melambungnya harga komoditas. Alhasil, perusahaan pembiayaan bukan hanya kehilangan pasar potensial. Harga crude palm oil (CPO) yang longsor di pasar dunia --dari harga tertinggi US$ 1.177 per ton pada Maret 2008 menjadi US$ 431 setiap ton saat ini-- bukan tak mungkin akan memicu pembengkakan rasio kredit macet (NPL) multifinance. Saat ini NPL perusahaan pembiayaan masih bertengger di bawah 2%. Oleh karenanya, menutup lembaran tahun 2008 ini banyak multifinance yang merevisi target keuntungan mereka. "Perkiraan kami, target memang tidak tercapai 100%. Pencapaian target ada di kisaran 80%-90%," tambah Susilo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie