Dominasi unitlink dalam pembentukan premi baru sudah tergeser oleh asuransi jiwa tradisional. Padahal, penjualan produk ini disokong bancassurance yang kini lebih bertaji ketimbang agen asuransi. Benarkah unitlink memasuki masa senja?Kembali ke selera asal. Begitulah potret terkini pasar asuransi jiwa Tanah Air. Masyarakat lebih suka membeli produk asuransi jiwa tradisional daripada unitlink, produk asuransi berbalut investasi yang sempat booming dalam lima tahun terakhir ini.Data industri asuransi jiwa semester I–2012 yang dirilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan, total premi baru asuransi jiwa Rp 34,9 triliun atau tumbuh 16,7% dari periode sama tahun lalu. Dari sini, kontribusi unitlink Rp 16,2 triliun atau menyusut 6,5% dibanding dengan periode sama 2011. Sedang kontribusi premi baru dari produk tradisional mencapai Rp 18,7 triliun atau melonjak 48,6%.Sesungguhnya, alarm bahaya bisnis produk unitlink sudah berbunyi sejak tahun lalu. kala itu, penjualan premi baru unitlink juga keok dibandingkan asuransi jiwa tradisional. Total premi baru unitlink Rp 33,75 triliun atau cuma tumbuh 2,68% sedangkan premi baru asuransi tradisional melesat 71,2% jadi Rp 33,9 triliun. Padahal, hingga tahun 2010, penjualan premi unitlink masih mendominasi yaitu tumbuh sampai 62%.Masyarakat Indonesia mulai mengenal unitlink sejak tahun 1998 di Indonesia lewat dua perusahaan asuransi, yaitu Prudential dan Manulife. Imingiming investasi dalam produk perlindungan ini membuat masyarakat tertarik. Apalagi, perusahaan asuransi sangat agresif menawarkan unitlink .Namun, sejak tahun lalu, kisah tersebut berbalik arah. Ketua AAJI Hendrisman Rahim mengatakan menciutnya kontribusi premi unitlink tersebut karena penurunan investasi saham yang banyak dikoleksi produk unitlink industri asuransi jiwa. Alhasil, pemegang polis lebih memilih berhati-hati berinvestasi.Tapi, dia menyebut, kekalahan unitlink tidak perlu dipersoalkan. “Meskipun turun, asuransi tradisional naik tinggi. Itu masih beritabaik buat kami,” tandasnya.Dia optimistis, akhir 2012 nanti, unitlink akan kembali mendominasi seiring dengan proyeksi pengamat pasar modal yang menyatakan indeks pasar modal berpotensi membaik. Selain itu, biasanya ada siklus tahunan. Menjelang penutupan tahun, agen asuransi akan bekerja keras mencari nasabah.Perubahan pola pikir Potret industri ini juga terlihat di level mikro. Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya Hary Prasetyo mengakui pertumbuhan premi baru unitlink agak melambat. Padahal, perusahaan ini baru memiliki produk unitlink sejak 2008. Hingga September, penambahan premi baru unitlink di Jiwasraya hanya Rp 100 miliar. “Meski positif tapi pertumbuhan premi baru unitlink tidak sebanyak tahun lalu,” katanya.Sedangkan PT Asuransi Jiwa Sequis Life mengantongi pendapatan premi baru Rp 228,2 miliar pada enam bulan pertama tahun ini. Chief Agency Offices Sequis Life Bambang Rudijanto menyebut kontribusi premi baru unitlink hanya 15%–20%. “Tapi, produk perorangan seperti unitlink sangat menjanjikan,” tukasnya.Seperti Hendrisman, Hary juga menduga penurunan premi baru unitlink ini karena volatilitas pasar modal yang membuat imbal hasil unitlink tertekan. Kedepan, dia yakin pamor unitlink tetap baik dan tumbuh positif. Ucapan ini memang masih menunggu pembuktian. Tapi, kekalahan unitlink menggenjot premi baru pada semester I ini terasa lebih menyesakkan dari nasib serupa di 2011. Pasalnya, untuk pertama kalinya, penjualan asuransi melalui jalur perbankan alias bancassurance mampu mengalahkan penjualan melalui agen. Padahal, sebagian besar produk asuransi jiwa yang dijual bancassurance adalah unitlink. “Secara tahunan, pertumbuhan premi kami mencapai 85% dan 95%-nya dari produk distribusi referensi yang sebagian besar berupa unitlink,” kata Head of Insurance Business CIMB Niaga, Akhiz Nasution.Perencana keuangan dari One Shildt, Risza Bambang, menilai, perlu pembuktian penurunan pertumbuhan premi baru unitlink akibat kondisi pasar modal. “Itu baru benar kalau return reksadana saham juga dalam posisi serupa,” katanya.Selain itu, Risza melihat masyarakat kita sudah semakin terdidik dan peduli terhadap produk-produk keuangan, termasuk asuransi. Dari sini, kita bisa becermin pada peta industri asuransi jiwa di luar negeri, terutama Eropa dan Amerika Serikat. “Tren masyarakat di sana sudah kembali ke produk tradisional dan berjenis proteksi saja,” kata dia.Adapun perencana keuangan Quantum Maqna Financial Ligwina Hananto menyebut penurunan tingkat pertumbuhan premi baru ini karena adanya mis-selling produk unitlink. Maksud dia, ketika memasarkan produk ini para agen tidak memberikan informasi secara jelas. Dia mendapati kasus-kasus seperti itu bisa menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap industri asuransi. Perusahaan asuransi perlu berbenah meningkatkan edukasi internal dan eksternal.Jika tidak, Ligwina khawatir lima tahun ke depan industri asuransi akan merasakan dampaknya. Berdasarkan riset KONTAN, imbal hasil produk unitlink sejak awal 2012 sampai September lalu berkisar 2,5%–11,5% dengan rata-rata 7%. Unitlink berimbal hasil tinggi biasanya produk asuransi patungan. Kebanyakan produk unitlink lokal memberikan return di bawah 5%. Adapun rata-rata pertumbuhan nilai aktiva bersih reksadana saham hingga September lalu 7,61%. Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan 11,76%. Artinya, imbal hasil unitlink hanya sedikit di bawah produk investasi lain. “Lebih baik masyarakat memposisikan porsi investasi di unitlink sebagai deposit premi,” kata Risza. ***Sumber : KONTAN MINGGUAN 02 - XVII, 2012 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menyala alarm kedua asuransi hibrida
Dominasi unitlink dalam pembentukan premi baru sudah tergeser oleh asuransi jiwa tradisional. Padahal, penjualan produk ini disokong bancassurance yang kini lebih bertaji ketimbang agen asuransi. Benarkah unitlink memasuki masa senja?Kembali ke selera asal. Begitulah potret terkini pasar asuransi jiwa Tanah Air. Masyarakat lebih suka membeli produk asuransi jiwa tradisional daripada unitlink, produk asuransi berbalut investasi yang sempat booming dalam lima tahun terakhir ini.Data industri asuransi jiwa semester I–2012 yang dirilis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan, total premi baru asuransi jiwa Rp 34,9 triliun atau tumbuh 16,7% dari periode sama tahun lalu. Dari sini, kontribusi unitlink Rp 16,2 triliun atau menyusut 6,5% dibanding dengan periode sama 2011. Sedang kontribusi premi baru dari produk tradisional mencapai Rp 18,7 triliun atau melonjak 48,6%.Sesungguhnya, alarm bahaya bisnis produk unitlink sudah berbunyi sejak tahun lalu. kala itu, penjualan premi baru unitlink juga keok dibandingkan asuransi jiwa tradisional. Total premi baru unitlink Rp 33,75 triliun atau cuma tumbuh 2,68% sedangkan premi baru asuransi tradisional melesat 71,2% jadi Rp 33,9 triliun. Padahal, hingga tahun 2010, penjualan premi unitlink masih mendominasi yaitu tumbuh sampai 62%.Masyarakat Indonesia mulai mengenal unitlink sejak tahun 1998 di Indonesia lewat dua perusahaan asuransi, yaitu Prudential dan Manulife. Imingiming investasi dalam produk perlindungan ini membuat masyarakat tertarik. Apalagi, perusahaan asuransi sangat agresif menawarkan unitlink .Namun, sejak tahun lalu, kisah tersebut berbalik arah. Ketua AAJI Hendrisman Rahim mengatakan menciutnya kontribusi premi unitlink tersebut karena penurunan investasi saham yang banyak dikoleksi produk unitlink industri asuransi jiwa. Alhasil, pemegang polis lebih memilih berhati-hati berinvestasi.Tapi, dia menyebut, kekalahan unitlink tidak perlu dipersoalkan. “Meskipun turun, asuransi tradisional naik tinggi. Itu masih beritabaik buat kami,” tandasnya.Dia optimistis, akhir 2012 nanti, unitlink akan kembali mendominasi seiring dengan proyeksi pengamat pasar modal yang menyatakan indeks pasar modal berpotensi membaik. Selain itu, biasanya ada siklus tahunan. Menjelang penutupan tahun, agen asuransi akan bekerja keras mencari nasabah.Perubahan pola pikir Potret industri ini juga terlihat di level mikro. Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya Hary Prasetyo mengakui pertumbuhan premi baru unitlink agak melambat. Padahal, perusahaan ini baru memiliki produk unitlink sejak 2008. Hingga September, penambahan premi baru unitlink di Jiwasraya hanya Rp 100 miliar. “Meski positif tapi pertumbuhan premi baru unitlink tidak sebanyak tahun lalu,” katanya.Sedangkan PT Asuransi Jiwa Sequis Life mengantongi pendapatan premi baru Rp 228,2 miliar pada enam bulan pertama tahun ini. Chief Agency Offices Sequis Life Bambang Rudijanto menyebut kontribusi premi baru unitlink hanya 15%–20%. “Tapi, produk perorangan seperti unitlink sangat menjanjikan,” tukasnya.Seperti Hendrisman, Hary juga menduga penurunan premi baru unitlink ini karena volatilitas pasar modal yang membuat imbal hasil unitlink tertekan. Kedepan, dia yakin pamor unitlink tetap baik dan tumbuh positif. Ucapan ini memang masih menunggu pembuktian. Tapi, kekalahan unitlink menggenjot premi baru pada semester I ini terasa lebih menyesakkan dari nasib serupa di 2011. Pasalnya, untuk pertama kalinya, penjualan asuransi melalui jalur perbankan alias bancassurance mampu mengalahkan penjualan melalui agen. Padahal, sebagian besar produk asuransi jiwa yang dijual bancassurance adalah unitlink. “Secara tahunan, pertumbuhan premi kami mencapai 85% dan 95%-nya dari produk distribusi referensi yang sebagian besar berupa unitlink,” kata Head of Insurance Business CIMB Niaga, Akhiz Nasution.Perencana keuangan dari One Shildt, Risza Bambang, menilai, perlu pembuktian penurunan pertumbuhan premi baru unitlink akibat kondisi pasar modal. “Itu baru benar kalau return reksadana saham juga dalam posisi serupa,” katanya.Selain itu, Risza melihat masyarakat kita sudah semakin terdidik dan peduli terhadap produk-produk keuangan, termasuk asuransi. Dari sini, kita bisa becermin pada peta industri asuransi jiwa di luar negeri, terutama Eropa dan Amerika Serikat. “Tren masyarakat di sana sudah kembali ke produk tradisional dan berjenis proteksi saja,” kata dia.Adapun perencana keuangan Quantum Maqna Financial Ligwina Hananto menyebut penurunan tingkat pertumbuhan premi baru ini karena adanya mis-selling produk unitlink. Maksud dia, ketika memasarkan produk ini para agen tidak memberikan informasi secara jelas. Dia mendapati kasus-kasus seperti itu bisa menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap industri asuransi. Perusahaan asuransi perlu berbenah meningkatkan edukasi internal dan eksternal.Jika tidak, Ligwina khawatir lima tahun ke depan industri asuransi akan merasakan dampaknya. Berdasarkan riset KONTAN, imbal hasil produk unitlink sejak awal 2012 sampai September lalu berkisar 2,5%–11,5% dengan rata-rata 7%. Unitlink berimbal hasil tinggi biasanya produk asuransi patungan. Kebanyakan produk unitlink lokal memberikan return di bawah 5%. Adapun rata-rata pertumbuhan nilai aktiva bersih reksadana saham hingga September lalu 7,61%. Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan 11,76%. Artinya, imbal hasil unitlink hanya sedikit di bawah produk investasi lain. “Lebih baik masyarakat memposisikan porsi investasi di unitlink sebagai deposit premi,” kata Risza. ***Sumber : KONTAN MINGGUAN 02 - XVII, 2012 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News