Produsen suvenir pernikahan, ulang tahun hingga pesta kelahiran bayi dituntut terus menelurkan karya baru agar tak ditinggalkan pelanggan. Salah satu yang tengah ngetren adalah suvenir berbentuk lampu teplok berukuran mungil. Belakangan, permintaan suvenir dengan bentuk teplok terus meningkat. Salah satu pengusaha lampu teplok adalah Rohid Silamin. Pemilik perusahaan berbendera Viescollection asal Gresik, Jawa Timur ini mengatakan, banyak konsumen menambah variasi agar suvenir dalam teploknya tampil berbeda. "Ada konsumen yang meminta hiasan bunga, pita," ujarnya. Semakin banyak perhiasan atau modifikasi yang diminta konsumen akan membuat harga suvenir teplok menjadi lebih mahal. Menurut Rohid, tak hanya untuk suvenir kala pernikahan, suvenir berbentuk teplok juga banyak dipesan untuk pesta ulang tahun atau kelahiran bayi. Dalam sebulan, Rohid mampu menjual lampu teplok sebanyak 1.000 sampai 6.000 unit. Harga lampu teplok mulai dari Rp 5.000 hingga 9.500 per unit, tergantung bentuk dan bahan baku yang digunakan untuk membuat lampu teplok.Dari bisnis ini, Rohid mengaku bisa memperoleh omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Dari angka itu, Rohid mengaku hanya bisa memperoleh laba bersih 10% yakni Rp 5 juta per bulan. Sisanya, untuk biaya produksi, belanja bahan baku hingga biaya pegawai. Lewat internet, Rohid mendapat pelanggan dari berbagai daerah, mulai dari Surabaya, Semarang, Jakarta, Samarinda, hingga Sabang. "Adapun pelanggan di sekitar Gresik, kebanyakan tahu dari mulut ke mulut," ujarnya. Pemain lain adalah Ririn Teguh Setyowati. Pemilik usaha Edgarcollection asal Sidoarjo mengaku menjual lampu teplok rata-rata sebanyak 3.500 unit sampai 5.000 unit per bulan. "Saya membuat lampu teplok tergantung pesanan dari konsumen," ungkapnya.Dalam proses pembuatan, Ririn membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan pasca-ada pesanan. Saat ini ada tujuh orang karyawan yang dipekerjakannya untuk membuat lampu tersebut.Selama ini, pesanan datang dari konsumen yang mau mengadakan pesta pernikahan. Alhasil, dia kerap mendapat pesanan desain lampu teplok sesuai dengan tema pernikahan. "Ada pelanggan yang ingin agar lampu teplok itu dihias dengan warna merah semuanya," jelasnya. Ririn mengungkapkan pesanan biasanya datang dari luar kota seperti Palembang, Semarang, Jakarta, dan Pekan Baru. Banyaknya pesanan dari luar kota lantaran di sana belum terlalu banyak pembuat lampu teplok. Guna mengantisipasi terjadi pembatalan pemesan dari luar kota, Ririn meminta agar pemesan membayar uang muka hingga 50% dari total harga yang dipatoknya. Oh iya, Ririn menjual harga lampu teplok buatannya mulai Rp 5.200 - Rp 9.000 per unit. Harga per unit lagi-lagi tergantung keinginan konsumen akan bahan yang digunakan. Dengan harga tersebut ia mendapat omzet Rp 40 jutaan per bulan dengan laba bersih hanya 8% saja per bulan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menyalakan laba dari pembuatan teplok suvenir
Produsen suvenir pernikahan, ulang tahun hingga pesta kelahiran bayi dituntut terus menelurkan karya baru agar tak ditinggalkan pelanggan. Salah satu yang tengah ngetren adalah suvenir berbentuk lampu teplok berukuran mungil. Belakangan, permintaan suvenir dengan bentuk teplok terus meningkat. Salah satu pengusaha lampu teplok adalah Rohid Silamin. Pemilik perusahaan berbendera Viescollection asal Gresik, Jawa Timur ini mengatakan, banyak konsumen menambah variasi agar suvenir dalam teploknya tampil berbeda. "Ada konsumen yang meminta hiasan bunga, pita," ujarnya. Semakin banyak perhiasan atau modifikasi yang diminta konsumen akan membuat harga suvenir teplok menjadi lebih mahal. Menurut Rohid, tak hanya untuk suvenir kala pernikahan, suvenir berbentuk teplok juga banyak dipesan untuk pesta ulang tahun atau kelahiran bayi. Dalam sebulan, Rohid mampu menjual lampu teplok sebanyak 1.000 sampai 6.000 unit. Harga lampu teplok mulai dari Rp 5.000 hingga 9.500 per unit, tergantung bentuk dan bahan baku yang digunakan untuk membuat lampu teplok.Dari bisnis ini, Rohid mengaku bisa memperoleh omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Dari angka itu, Rohid mengaku hanya bisa memperoleh laba bersih 10% yakni Rp 5 juta per bulan. Sisanya, untuk biaya produksi, belanja bahan baku hingga biaya pegawai. Lewat internet, Rohid mendapat pelanggan dari berbagai daerah, mulai dari Surabaya, Semarang, Jakarta, Samarinda, hingga Sabang. "Adapun pelanggan di sekitar Gresik, kebanyakan tahu dari mulut ke mulut," ujarnya. Pemain lain adalah Ririn Teguh Setyowati. Pemilik usaha Edgarcollection asal Sidoarjo mengaku menjual lampu teplok rata-rata sebanyak 3.500 unit sampai 5.000 unit per bulan. "Saya membuat lampu teplok tergantung pesanan dari konsumen," ungkapnya.Dalam proses pembuatan, Ririn membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan pasca-ada pesanan. Saat ini ada tujuh orang karyawan yang dipekerjakannya untuk membuat lampu tersebut.Selama ini, pesanan datang dari konsumen yang mau mengadakan pesta pernikahan. Alhasil, dia kerap mendapat pesanan desain lampu teplok sesuai dengan tema pernikahan. "Ada pelanggan yang ingin agar lampu teplok itu dihias dengan warna merah semuanya," jelasnya. Ririn mengungkapkan pesanan biasanya datang dari luar kota seperti Palembang, Semarang, Jakarta, dan Pekan Baru. Banyaknya pesanan dari luar kota lantaran di sana belum terlalu banyak pembuat lampu teplok. Guna mengantisipasi terjadi pembatalan pemesan dari luar kota, Ririn meminta agar pemesan membayar uang muka hingga 50% dari total harga yang dipatoknya. Oh iya, Ririn menjual harga lampu teplok buatannya mulai Rp 5.200 - Rp 9.000 per unit. Harga per unit lagi-lagi tergantung keinginan konsumen akan bahan yang digunakan. Dengan harga tersebut ia mendapat omzet Rp 40 jutaan per bulan dengan laba bersih hanya 8% saja per bulan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News