Menyambut indahnya pesona bisnis terarium



Bosan dengan tanaman dalam ruang yang itu-itu saja? Coba saja terarium. Seni dekorasi tanaman yang berasal dari Inggris ini mirip akuarium berisi aneka tanaman. Lantaran peminatnya kian banyak, bisnis terarium pun tumbuh subur. Apalagi, pemainnya belum banyak.Terrarium pertama kali lahir dari tangan seorang dokter asal Inggris, Nathaniel Ward pada 1927. Kala itu, ia membuat percobaan dalam kotak yang terbuat dari kaca dengan penutup yang bisa dipindah-pindahkan untuk menanam pakis dan tanaman tropis. Kotak kaca tersebut lalu kemudian dikenal dengan nama Wardian Cases yang kemudian populer ke penjuru dunia dengan sebutan terarium.Pada dasarnya, terarium merupakan miniatur taman dalam media transparan, seperti gelas atau akuarium sebagai pengganti pot. Tak cuma berisi tanaman, terarium juga bisa dilengkapi pelbagai hiasan dengan tema tertentu.Nenti Sopriyana, misalnya, merangkai tanaman menjadi terarium dengan konsep taman biota laut dengan bermacam pernak-pernik berbau laut hingga bentuk seperti minuman. Ada juga terarium dengan tema semisal anggrek dengan ukuran mini yang ditanam dalam botol.Nenti membuat terarium berkonsep dengan nama, antara lain ice desert, yang tanamannya dibuat layak es krim bercampur dengan pernak-pernik, antara lain kerang atau bebatuan warna-warni. Ada pula terarium bernama katana dan robusta. "Nama yang khas akan gampang diingat dan membuat orang tertarik untuk tahu," kata pemilik pemilik www.teragreen.blogspot.com ini.Terarium akan menampilkan taman miniatur dalam media kaca, yang dapat mensimulasikan kondisi di alam yang sebenarnya. Contoh, terarium dapat mensimulasikan ekosistem gurun, ekosistem padang pasir, maupun ekosistem hutan hujan tropis.Meski ukurannya mini, manfaat dan fungsi terarium tidak semini bentuknya. "Terarium selain menciptakan suasana hijau dan teduh dalam ruangan, juga sebagai tanaman antiradiasi, mampu menghilangkan bau tak sedap, serta sebagai dekorasi ruangan," ujar Nenti.Menurut Nenti, membuat terarium tidak perlu keahlian khusus. Yang penting, ada ketelitian dan selera yang bagus untuk memadu-padankan tanaman dalam satu wadah kaca.Nenti mengatakan, keahliannya dalam seni dekoratif terarium makin terasah dengan sering dia melakukan latihan dan berani melakukan permainan warna untuk pernak-perniknya. Dalam sehari, Nenti bisa menghasilkan 30 terarium yang ditaruh di gelas-gelas kecil.Selain proses pembuatannya yang terbilang mudah, mendapatkan bahan bakunya pun tidak sulit. Bahan seperti pasir zeolit atau pasir malang, tanah humus, arang untuk menyerap air, wadah kaca atau gelas untuk media tanam banyak dijual di toko bunga. Tanaman pengisinya bisa kaktus, sansiviera, sukulen, atau bromelia. Nenti yang menjadikan pekarangan rumahnya di daerah Cibubur, Jakarta Timur sebagai bengkel kerja sekaligus galeri mengatakan, terarium bisa ditempatkan di mana saja sesuai dengan selera. Asalkan, terhindar dari sinar matahari langsung yang berlebihan agar daun tidak cepat kering dan layu. "Ditaruh di bawah lampu juga bagus, supaya tanaman tidak mudah busuk dan lembab," ungkapnya.Anie Kristiani yang mengklaim sebagai orang Indonesia pertama yang memodifikasi dan mengembangkan terarium menjelaskan, terarium sesuai dengan prinsip 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle.Terarium, pemilik Cristata Puri Bunga menjelaskan, lebih hemat air ketimbang tanaman biasa dan mengurangi polusi udara. Lalu, tanaman ini menggunakan kompos sebagai penyubur dan wadah kacanya bisa memakai wadah kaca bekas. "Terarium sangat cocok untuk ditaruh dalam ruangan dan menjadi bagian disain interior," ujar lulusan Institut Pertanian Bogor ini. Terarium memang belum sepopuler tanaman hias lainnya. Namun, peminatnya semakin bertambah. Pembeli tidak hanya menjadikan terarium sekadar hiasan di dalam rumah, tapi juga sebagai kado atau hadiah. Julia Purnamasari, pemilik Mungil Culture di Yogyakarta, menuturkan, prospek usaha ini masih sangat menjanjikan. Apalagi, pemainnya belum banyak sekalipun permintaan terarium makin tinggi. "Saat ini, makin banyak orang mulai menyukai suvenir hidup," ujar dia.Saban bulan, Julia bisa menjual 200 hingga 300 terarium dengan berbagai bentuk. Terarium yang ditawarkannya tidak hanya menggunakan wadah kaca atau akuarium, tapi juga berupa gantungan kunci dengan harga Rp 7.000, Rp 10.000, dan Rp 15.000 per unit. Pangsa pasar terarium buatan Julia tidak hanya di Pulau Jawa, tapi juga Kalimantan dan Sumatra. "Mereka ada yang membeli terarium untuk suvenir saat acara wisuda atau pernikahan," tutur Julia. Sayangnya, dia menolak mengungkap omzetnya.Jika Julia merangkul pasar menengah bawah dengan memasang harga yang terjangkau kantong orang kebanyakan, Nenti menjual terarium hasil kreasinya mulai harga Rp 30.000 hingga Rp 500.000 per pot. "Harga tergantung dari besarnya media yang digunakan, apakah dalam gelas atau akuarium, serta tingkat kesulitan hiasannya," tutur Nenti.Selama ini, pesanan yang datang ke Teragreen paling banyak untuk terarium dengan harga Rp 25.000 dan Rp 350.000. Terarium yang harganya lebih murah memakai media gelas dengan satu jenis tanaman.Sementara untuk terarium dengan harga yang lebih mahal, imbuh Nenti, menggunakan media akuarium berbentuk bulat. Di dalam akuarium bisa berisi dua atau lebih jenis tanaman dengan tambahan berbagai pernik warna-warni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi