Menyapa investor milenial dengan memanfaatkan teknologi digital



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berangkat dari kekhawatiran tingkat literasi pasar modal dan jumlah investor yang masih jauh di bawah porsi ideal, The Indonesia Capital Market Institute (TICMI) membikin gebrakan baru. Memanfaatkan perkembangan dunia digital, TICMI meluncurkan Sekolah Pasar Modal (SPM) online.

General Manager TICMI Muhammad Abdi Kristanto mengatakan, calon investor kini bisa belajar secara langung tanpa harus bertatap muka. Apalagi, SPM secara tatap muka masih kerap terganjal waktu dan lokasi yang belum bisa terjangkau. "Di kantor perwakilan kami di daerah, juga ada SPM tatap muka, tapi masih terbatas," kata Kris kepada KONTAN, Senin (25/6).

Dengan tekad mendorong jumlah investor Tanah Air, Kris bersama sejumlah rekannya memilih jalur digital sebagai akses menggaet investor baru. Langkah tersebut juga menjadi solusi menarik investor milenial. Bagi anak zaman now, gadget adalah salah satu kebutuhan primer. "Survei TICMI menunjukkan generasi milenial sudah sadar investasi, namun mereka malas mengakses," ujar Kris.


TICMI punya harapan bisa menjadikan investasi sebagai gaya hidup anak muda. Gaya hidup adalah sesuatu yang dilakukan rutin. Harapannya, ketika seseorang punya uang bulanan atau dana rutin, itu bisa dialokasikan untuk investasi. "Jadi sudah rutin, setiap mereka punya uang mereka akan lebih pilih investasi dibandingkan konsumtif," ujar dia.

Berdasarkan survei TICMI, sebanyak 61,76% generasi milenial menerapkan pengelolaan keuangan. Bahkan, dana yang diperoleh umumnya disisihkan terlebih dulu untuk investasi, baru kemudian dibelanjakan.

Dari total 168 responden, diketahui pilihan investasi jatuh pada pasar modal, dengan persentase 54,41%. Sisanya investasi di produk perbankan dan sektor riil.

Survei juga menunjukkan, 72% generasi milenial sudah pernah berinvestasi di pasar modal. Untuk pilihan produk investasi di pasar modal sebanyak 80,88%, disusul reksadana 16,18%, obligasi 1,47% dan lainnya 1,47%.

Sedangkan untuk tujuan investasinya pun beragam, di mana 39,70% generasi milenial berinvestasi untuk membeli berbagai keperluan, seperti rumah, kendaraan dan biaya pendidikan. Selain itu, sebanyak 35,30% menjadikan investasi sebagai dana darurat dan 25% untuk mempersiapkan dana pensiun di hari tua nanti.

Sejak meluncur tiga tahun lalu, gerakan menabung saham masih terus didorong oleh pemerintah dan otoritas. Harapannya, dengan bertambahnya jumlah investor, kelak perekonomian Tanah Air mampu ditopang aktivitas investasi.

Banyak inovasi diluncurkan demi menggenjot minat masyarakat berinvestasi saham. SPM online ini menjadi salah satu cara menggaet investor. "Yang menarik, dari total investor yang ada, hampir setengahnya atau sekitar 280.000 berasal dari kalangan pegawai atau karyawan. Urutan berikutnya, justru ditempati mahasiswa, atau sekitar 120.000 orang," jelas Kris.

Mencermati kondisi tersebut, Direktur BEI Nicky Hogan mengungkapkan, ada pertambahan yang cukup banyak di kalangan investor milenial. Ini mendorong BEI menjadi lebih aktif, bahkan hiperaktif, terhadap milenial.

Selain itu, hasil survei TICMI, yang menunjukkan pilihan produk investasi terbesar, yakni 80,88%, di pasar modal, menarik. Saham dalam konteks investasi jangka panjang dinilai sebagai produk paling baik.

Nicky mengungkapkan, saat ini data transaksi investor di bursa, untuk skala waktu harian rata-rata mencapai 40.000 investor. Sedangkan yang melakukan transaksi per bulan tercatat mencapai 140.000 investor atau naik tiga kali lipat.

"Dengan investor yang bertransaksi berkala per bulan ada tiga kali lipat, maka (pasar) akan jauh lebih prudent," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati