Menyaring Saham Bluechip Pilihan dalam Susunan Baru LQ45, Cermati Rekomendasi Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Susunan baru indeks LQ45 sudah resmi berlaku sejak awal bulan ini. Pelaku pasar memberi respons yang beragam pada saham-saham anyar konstituen LQ45. Meski identik dengan saham bluechip, tapi analis mengingatkan agar investor tetap selektif memilah saham di indeks ini.

Sekadar mengingatkan, ada empat saham yang mengalami rotasi pada evaluasi mayor LQ45 kali ini. Bursa Efek Indonesia memasukkan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Mitra Pack Tbk (PTMP) ke dalam LQ45 untuk masa konstituen 1 Februari - 31 Juli 2024. 

Keempat saham tersebut menggusur PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Dalam dua hari perdagangan pasca susunan baru LQ45 berlaku, laju saham-saham tersebut punya arah yang beragam.


Terkhusus untuk penghuni baru, MBMA menguat dua hari beruntun pada perdagangan Kamis (1/2) dan Jumat (2/2), masing-masing naik 3,79% dan 2,19%. Sementara gerak harga MTEL, PGEO dan PTMP mengalami fluktuasi.

Baca Juga: ANJT Mencatat Produksi CPO 283.650 Ton di Tahun 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya

MTEL melemah 0,74% pada Kamis, dan membalikkan keadaan dengan kenaikan 0,74% pada Jumat. Sedangkan PGEO dan PTMP kompak menutup pekan ini dengan pelemahan. Harga PGEO turun 2,28% setelah pada perdagangan sebelumnya naik tipis 0,38%.

Sementara PTMP berbalik ambles 5,65% usai melonjak 16,98% pada Kamis. Soal PTMP, kehadirannya di indeks LQ45 menjadi sorotan lantaran memiliki kapitalisasi pasar (market cap) yang terbilang mini. Emiten yang baru listing pada 6 Maret 2023 ini masih tercatat di papan pengembangan dengan market cap sebesar Rp 741,6 miliar. 

Pengamat pasar modal & founder WH-Project William Hartanto menyoroti, kontroversi masuknya suatu saham ke LQ45 bukan hanya kali ini terjadi. Dia lantas mencontohkan saham PT Hanson International Tbk (MYRX) yang sempat menjadi konstituen LQ45 pada tahun 2016 lalu. 

"MYRX juga masuk LQ45 yang waktu itu fundamentalnya tidak mendukung. Sering kali ada saham masuk LQ45 tapi dianggap belum pantas, mungkin saja karena yang diperhatikan sebagai unsur kelayakan hanya dari likuiditasnya saja," kata William kepada Kontan.co.id, Jumat (2/2).

Dus, meski melekat image sebagai indeks saham bluechip, tapi William menyarankan pelaku pasar tetap selektif menyaring saham di dalam LQ45.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada punya pandangan serupa. Dia menyoroti anggapan pasar terhadap LQ45 yang diisi oleh saham-saham yang sangat likuid, sehingga menjadi perhatian.

Namun, investor perlu menyadari kemungkinan bahwa penilaian itu berdasarkan catatan historis, bukan penilaian secara forecast. Artinya, bisa jadi suatu saham masuk ke LQ45 karena selama periode evaluasi memiliki likuiditas tinggi karena saat itu dibarengi dengan sejumlah sentimen.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL) yang Bakal Terdorong Potensi Merger

"Tapi begitu masuk LQ45, a few moments later likuiditasnya bisa saja menurun karena belum ada lagi isu-isu maupun berbagai sentimen yang bisa menggerakkan saham tersebut," terang Reza.

Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengamati sebagai saham dengan bobot terkecil di LQ45, pergerakan PTMP sejauh ini lebih terdorong oleh sentimen spekulatif.

Secara umum, Reza menilai pergerakan saham yang masuk dan keluar LQ45 belum sepenuhnya mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kinerja emiten.

Menurut Reza, investor kemungkinan masih mencermati faktor lain seperti sentimen global, makroekonomi dan fluktuasi harga komoditas, yang juga berlaku bagi penghuni lama LQ45.

"Prospek dan rekomendasi saham konstituen baru dan lama di LQ45 tergantung pada berbagai faktor, termasuk laporan keuangan, valuasi, katalis, dan risiko," kata Reza.

Momentum Saham Bluechip

Sementara itu, William justru menilai pergerakan saham yang masuk dan keluar LQ45 setelah efektif, relatif sesuai ekspektasi. Dia melihat pelaku pasar sudah terlebih dulu merespons, atau mengantisipasi sebelum masa konstituen resmi berlaku. 

William memandang situasi pasar saat ini cenderung menjadi momentum menarik untuk mengoleksi saham-saham LQ45, yang mayoritas dihuni oleh saham big caps dan punya image bluechip. Apalagi dengan kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih kokoh di atas level 7.200.

 
TLKM Chart by TradingView

Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Naik 15% Sejak Awal 2024, Analis Prediksi Bisa Naik Tinggi

Menutup pekan ini, IHSG menguat 0,52% ke level 7.238,78 pada Jumat (2/2). 

"Momentumnya tepat dengan adanya rilis laporan keuangan dan sentimen Pemilu," ungkap William.

Hanya saja, William mengingatkan agar  tetap selektif. Dia juga memberikan catatan bahwa pergerakan saham yang masuk maupun keluar indeks pada akhirnya akan memiliki katalis dan sentimennya masing-masing. 

Sebagai rekomendasi, William menyarankan buy on weakness pada saham-saham yang tergusur dari LQ45. Untuk penghuni baru, William menyematkan buy untuk MBMA, MTEL dan PGEO. Sedangkan bagi PTMP bisa pertimbangkan sell on strength.

Bagi penghuni lama, William menilai ada sejumlah saham yang masih menarik koleksi. Yakni PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Editor: Tendi Mahadi