Menyaring Saham Lapis Kedua & Lapis Ketiga Saat Blue Chip dan IHSG Jeblok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak di kisaran 6.700-an. Gejolak pasar yang belum mereda membawa peluang bagi saham lapis kedua dan lapis ketiga untuk unjuk gigi.

IHSG turun 1,42% ke 6.734,83 pada Jumat (14/6). Ini adalah level terendah IHSG sejak November 2023 atau dalam tujuh bulan terakhir.

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengamati, dalam goncangan pasar saat ini, saham blue chip maupun saham lapis kedua dan ketiga tetap rawan tekanan. Hanya saja, pergerakan saham lapis kedua dan ketiga cenderung lebih stabil ketimbang saham blue chip.


Alasannya, saham blue chip lebih rentan terpapar tekanan dari posisi capital outflow investor asing. "Karena partisipasi investor asing di saham lapis kedua dan ketiga tidak besar dibandingkan dengan saham blue chip," ungkap Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (13/6).

Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla menambahkan, ketika saham blue chip mengalami tekanan jual cukup tinggi, saham lapis kedua dan ketiga akan menunjukkan potensi sebagai alternatif yang menarik bagi investor. "Saham lapis kedua dan ketiga memiliki harga yang cenderung lebih terjangkau sehingga diminati di tengah pelemahan IHSG," ungkap Thoriq.

Namun, dia mengingatkan agar pelaku pasar harus tetap selektif dengan mempertimbangkan sejumlah faktor. Terutama dari sisi likuiditas, dan secara teknikal memilah saham-saham yang tren kenaikan harganya konsisten.

"Perlu diwaspadai juga volatilitas yang cukup tinggi," imbuh Thoriq.

Baca Juga: Turun 30% Sejak Awal Tahun, Ini Prospek Saham-Saham Indeks Sektor Teknologi

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto memprediksi selama volatilitas IHSG masih tinggi, maka momentum bagi saham lapis kedua dan ketiga untuk manggung masih terbuka. Hitungan William, IHSG masih dalam fase bottoming dengan menguji support pada area 6.800 hingga 6.762.

"Bisa untuk memanfaatkan momentum. Sekarang sudah pertengahan Juni, jadi ada kemungkinan (momentum saham lapis kedua dan ketiga) masih berlanjut di awal semester kedua," ungkap William.

Sementara Daniel memproyeksikan saham-saham lapis kedua dan ketiga cukup menarik sebagai alternatif jangka pendek. Setidaknya hingga Juli - Agustus. "Ketika blue chip sudah mulai mendapatkan momentum naik kembali, biasanya saham lapis kedua dan ketiga akan cenderung stagnan," terangnya.

Senada, Thoriq melihat kemungkinan momentum saham lapis kedua dan ketiga bersifat jangka pendek. Ketika tekanan jual mereda dan sentimen pasar saham sudah lebih kondusif, para investor akan melirik lagi saham blue chip atau lapis pertama yang punya fundamental kuat. 

Baca Juga: BUMN Pemberat IHSG Sepekan, Saham BREN Top Leader Periode 10-14 Juni

Adapun, selain identik dengan konstituen dari indeks SMC Liquid dan SMC Composite, saham lapis kedua dan ketiga sering dikategorikan dari sisi kapitalisasi pasar (market cap). Saham lapis kedua atau middle cap umumnya memiliki market cap antara Rp 500 miliar-Rp 10 triliun. Sementara saham lapis ketiga (small cap) di bawah Rp 500 miliar.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana secara teknikal menyarankan trading buy untuk saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA). Pelaku pasar bisa mencermati saham ACES dengan support Rp 795 dan resistance Rp 870 dengan target harga Rp 885-Rp 915.

Bagi saham ESSA, cermati support di level harga Rp 765 dan resistance Rp 840 untuk target Rp 860-Rp 905. Kemudian, amati peluang buy on weakness saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan support Rp 1.375 dan resistance Rp 1.515 untuk target Rp 1.560-Rp 1.600.

William menyarankan buy saham PT PAM Mineral Tbk (NICL), PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ), PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) dan PT Ecocare Indo Pasifik Tbk (HYGN). Sedangkan Daniel melirik saham dengan tren yang masih menanjak seperti MAPI, UNIQ dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).

Sementara Thoriq menyematkan rekomendasi buy saham MAPI pada harga Rp 1.470 untuk target  Rp 1.675 dan stoploss di Rp 1.400. Kemudian speculative buy saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) di area Rp 1.230-Rp 1.240 dengan target Rp 1.295 dan stoploss di Rp 1.210 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati