KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai
booming sektor komoditas dan energi di tahun lalu, analis melihat peluang terjadinya rotasi sektoral di pasar saham pada tahun 2023. Rotasi sektor juga bakal menjamah indeks saham bluechip LQ45, maupun indeks prestisius lainnya seperti KOMPAS100. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengungkapkan sepanjang tahun lalu, laju kedua indeks tersebut didorong oleh pergerakan saham energi dan komoditas tambang. Di samping itu, saham-saham perbankan dan barang konsumer primer juga punya kinerja yang cemerlang. Hal ini tampak dari jajaran saham top
gainers di LQ45 maupun KOMPAS100. Di deretan 10 saham dengan kenaikan harga tertinggi sepanjang 2022, separuhnya merupakan saham energi dan tambang. Di LQ45, jawara-nya ada emiten batubara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) dengan lonjakan harga 138,21%.
Menyusul ITMG ada PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) yang harga sahamnya melonjak 131,19%. Di posisi ketiga menyelip emiten ritel barang konsumen primer, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT) dengan penguatan harga 120,38% sepanjang tahun 2022. Ranking saham jawara LQ45 tahun 2022 berikutnya diisi oleh PT Indika Energy Tbk (
INDY), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO), PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Vale Indonesia Tbk (
INCO), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (
MIKA), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA).
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG pada Pekan Pertama Tahun 2023 Posisi serupa terjadi pada KOMPAS100. Saham energi dan tambang mendominasi di jajaran 10 besar top gainers tahun 2022. Selain ITMG, MEDC, INDY, dan ADRO, ada juga PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA). Bahkan, posisi puncak diisi oleh emiten migas PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG) dengan lonjakan harga 188,24%. Katalis global termasuk konflik Rusia - Ukraina menjadi faktor pendorong lonjakan harga komoditas pada tahun lalu. "Seperti
blessing in disguise, kenaikan harga komoditas yang mendorong inflasi ternyata berbuah manis untuk saham di sektor energi yang ikut mendapatkan manfaat," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (30/12/2022) Di samping energi dan tambang, pulihnya aktivitas masyarakat telah menjadi katalis yang mendongkrak kenaikan harga saham barang konsumer primer. Di sisi lain, pemulihan ekonomi memoles kinerja emiten perbankan dengan pertumbuhan kredit dan fundamental yang solid. "Bahkan beberapa saham
big caps perbankan sempat mencatatkan
all time high, sebelum akhirnya turun kembali akibat
profit taking," imbuh Nico.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, punya pandangan serupa. Laju saham sektor energi dan perbankan menopang gerak indeks LQ45 dan KOMPAS100. Kinerja keuangan emiten energi pun meroket, bahkan marak dengan pertumbuhan laba di atas 100%.
Hanya saja, Roger melihat terbukanya peluang rotasi sektoral di tahun 2023. Ada sejumlah faktor yang bisa mendorong rotasi sektor di tahun ini. Mulai dari tekanan pada harga komoditas, kenaikan suku bunga yang diprediksi berlanjut, bayang-bayang resesi ekonomi, hingga faktor tahun politik di dalam negeri. Menurut Roger, ada beberapa sektor yang diprediksi menjadi jagoan investor pada tahun 2023.
Pertama, sektor perbankan, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih bisa melanjutkan kinerja positif.
Kedua, sektor barang konsumen primer, seiring peluang penurunan harga bahan baku dan kenaikan konsumsi.
Ketiga, investor juga kemungkinan akan lebih mencermati saham-saham terkait kendaraan listrik yang masih pada tahap awal untuk berkembang. "Peluang terjadinya rotasi sektoral di tahun 2023 memungkinkan. Termasuk dengan adanya tahun politik yang bisa menumbuhkan konsumsi domestik," imbuh Roger.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menambahkan, rotasi sektor akan terjadi seiring perubahan kondisi dan sentimen penggerak pasar. "Dua tahun terakhir sektor energi berturut-turut menjadi jawara, di 2023 sektor energi bukan lagi unggulan," sebut Cheril. Rekomendasi Saham LQ45 dan KOMPAS100 Sementara itu, Nico menganalisa pasar akan dibayangi risiko ketidakpastian akibat inflasi dan kenaikan suku bunga. Namun, kondisi ini ditaksir hanya terjadi pada semester pertama 2023. Setelahnya, pada paruh kedua 2023 ekspektasi risiko akan lebih mereda. Di tengah sentimen yang membayangi, investor akan mencari saham emiten berfundamental kuat, pertumbuhan stabil dan likuiditas tinggi. Dus, terlepas dari potensi rotasi sektoral, Nico menilai saham-saham di jajaran LQ45 dan KOMPAS100 masih akan menjadi primadona. Apalagi, kinerja kedua indeks tersebut sejatinya menunjukkan perbaikan di 2022, meski dengan gerak yang terbatas. Hingga penutupan perdagangan, Jumat (30/12), LQ45 hanya naik tipis 0,62%. Posisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2021 yang mencatatkan
negative return, turun 0,37%. Sedangkan indeks KOMPAS100 melemah 0,82% sepanjang tahun 2022. Meski memerah, tapi indeks KOMPAS100 berhasil memangkas penurunan. Sehingga hasil akhir di tahun lalu masih lebih baik ketimbang tahun 2021 yang ambles hingga 3,42%. Cheril sependapat, LQ45 dan KOMPAS100 masih menarik sebagai panduan atau
benchmark investasi tahun 2023. Dengan potensi rotasi sektoral, Cheril mengunggulkan saham-saham di sektor barang konsumer primer dan non-primer, serta sektor perbankan.
Baca Juga: Penjualan Semen Diproyeksi Pulih Jelang Tahun Pemilu, Cek Rekomendasi Sahamnya Untuk saham-saham yang prospektif koleksi di LQ45 dan KOMPAS100, Cheril merekomendasikan AMRT, BMRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI), PT Mitra Adiperkasa Tbk (
MAPI), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (
ACES). Sedangkan Roger menyarankan agar investor mencermati LQ45 dan KOMPAS100 sembari memperhatikan rambu-rambu indikator ekonomi dan perkembangan tahun politik. Saham pilihannya adalah BMRI, BBNI, serta PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP). Sementara itu, Pengamat Pasar Modal William Hartanto melihat sektor energi masih berpotensi mempertahankan dominasi di tahun 2023. Hanya saja, dengan lonjakan yang telah terjadi dari tahun 2021, akan rawan terjadi
profit taking. Mengenai rotasi sektor, William menilai masih perlu waktu untuk melihat arah pasar ke depan. Termasuk soal sentimen pasar menjelang Pemilu. "Ketika satu sektor jenuh, maka akan ada sektor baru yang manggung. Tapi rotasinya kemana, itu belum terlihat," ungkapnya.
Yang pasti, William melihat ada sejumlah saham prospektif untuk dikoleksi. Meliputi BBNI, AKRA, MIKA, PT XL Axiata Tbk (
EXCL), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG). Selanjutnya, investor masih bisa hold saham MAPI, PT Samudera Indonesia Tbk (
SMDR), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (
JPFA), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA). Sedangkan Nico memberikan rekomendasi
buy saham BMRI, ADRO, INDF, PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS). Berikut area
support dan
resistance yang bisa dicermati untuk saham-saham tersebut:
- BBCA: resistance Rp 8.725, support Rp 8.500
- BBRI: resistance Rp 5.000, support Rp 4.800
- BMRI: resistance Rp 10.125, support Rp 9.850
- ADRO: resistance Rp 3.890, support: Rp 3.740
- PGAS: resistance Rp 1.835, support: Rp 1.750
- INDF: resistance Rp 7.000, support Rp 6.675.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari