KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Nojorono Tobacco International berjibaku menghadapi sejumlah tantangan bisnis pada tahun ini. Selain kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan penurunan daya beli, produsen rokok yang berbasis di Kudus Jawa Tengah itu harus mengantisipasi dampak pandemi corona (Covid-19).
Baca Juga: Di Tahun Pandemi Corona, Nojorono Membidik Omzet Rp 10 Triliun Demi mempertahankan kinerja bisnis, produsen rokok yang mengawal merek Minak Djinggo dan Clas Mild terus mengembangkan riset dan memperkuat produk. Dalam waktu dekat, Nojorono Tabacco siap merilis produk baru, yakni Minak Djinggo Rempah. Mengusung nama legendaris, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1932 iniĀ mengklaim Minak Djinggo Rempah merupakan produk rokok pertama di Indonesia yang menonjolkan citarasa rempah Nusantara. Cerita di balik kelahiran Minak Djinggo Rempah ini cukup menarik. Pemilik yang juga Presiden Direktur Nojorono Tobacco International, Stefanus JJ Batihalim, menantang timnya untuk menciptakan sebuah produk yang bernilai di tengah pandemi.
Baca Juga: Kebijakan rokok murah berpotensi mengurangi penerimaan negara hingga Rp 2,6 triliun Daniel S Halim,
Project Manager Minak Jinggo Rempah menerima tantangan itu. "Kami membuat produk ini cukup singkat, yakni dalam waktu 2,5 bulan," ungkap dia, Kamis (2/7). Daniel merupakan generasi keempat dari keluarga pendiri Nojorono Tabacco.
Menyasar kaum milenial dan kalangan dewasa muda, harga Minak Djinggo Rempah cukup miring, yakni Rp 10.000 per bungkus isi 10 batang. Nojorono mengklaim tidak mengambil margin besar dari produk ini. "Di masa pandemi corona, kami ingin memberikan nilai tambah bagi karyawan agar tetap bisa bekerja, juga kepada konsumen dengan produk yang terjangkau," ujar
Managing Director PT Nojorono Tobacco International, Arief Goenadibrata.
Baca Juga: Pasar lesu di paruh pertama, ini ikhtiar Nojorono Tobacco untuk jaga penjualan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro