KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini industri telekomunikasi dibayang-bayangi maraknya usaha ilegal dari RT RW Net dan rencana masuknya Starlink. Namun dengan jumlah penduduk banyak dan wilayah yang cukup luas, masih memberikan peluang pertumbuhan yang cukup baik emiten sektor telekomunikasi di Indonesia. Saat ini penetrasi fixed broadband masih 15% sampai 20%. Saat ini pemain fixed broadband masih didominasi pemain besar dengan average revenue per user (ARPU) antara Rp 250.000 hingga Rp 400.000. Richardson Raymond, analis saham PT Trimegah Sekuritas menjelaskan. segmen konsumen A dan B sudah digarap oleh perusahaan besar. Sedangkan segmen konsumen mid low dengan ARPU antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000 belum tergarap. “Beberapa tahun mendatang emiten telekomunikasi besar akan mengarah ke segmen konsumen kelas C dan D yang jumlahnya lebih banyak dan belum tergarap. Namun untuk menggarap segmen pasar tersebut memiliki tantangan. Jika dalam penggelaran jaringannya perusahaan tersebut tidak efisien dan costnya besar, maka mereka tak mungkin dapat masuk ke segmen konsumen terbesar di Indonesia tersebut,” terang Richardson, dalam keterangannya, Rabu (1/5).
Menyasar Pangsa Pasar yang Tepat, Analis Sebut Kinerja Keuangan DATA Bisa Bertumbuh
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini industri telekomunikasi dibayang-bayangi maraknya usaha ilegal dari RT RW Net dan rencana masuknya Starlink. Namun dengan jumlah penduduk banyak dan wilayah yang cukup luas, masih memberikan peluang pertumbuhan yang cukup baik emiten sektor telekomunikasi di Indonesia. Saat ini penetrasi fixed broadband masih 15% sampai 20%. Saat ini pemain fixed broadband masih didominasi pemain besar dengan average revenue per user (ARPU) antara Rp 250.000 hingga Rp 400.000. Richardson Raymond, analis saham PT Trimegah Sekuritas menjelaskan. segmen konsumen A dan B sudah digarap oleh perusahaan besar. Sedangkan segmen konsumen mid low dengan ARPU antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000 belum tergarap. “Beberapa tahun mendatang emiten telekomunikasi besar akan mengarah ke segmen konsumen kelas C dan D yang jumlahnya lebih banyak dan belum tergarap. Namun untuk menggarap segmen pasar tersebut memiliki tantangan. Jika dalam penggelaran jaringannya perusahaan tersebut tidak efisien dan costnya besar, maka mereka tak mungkin dapat masuk ke segmen konsumen terbesar di Indonesia tersebut,” terang Richardson, dalam keterangannya, Rabu (1/5).