KONTAN.CO.ID - Hampir semua ragam profesi terdampak oleh pandemi virus korona (Covid-19). Ada kecemburuan sosial karena pemerintah dan media massa terlalu sering memberitakan dan memberikan perhatian lebih kepada jenis profesi tertentu, seperti mitra ojek
online (ojol) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Padahal masih banyak jenis profesi yang selama ini punya peran besar dalam perekonomian dan saat ini butuh perhatian nyata dalam menghadapi pandemi. Salah satu jenis profesi yang juga butuh perhatian adalah para pekerja industri kreatif, jenis profesi ini paling parah terdampak Covid-19, karena segala macam bentuk keramaian dan pertunjukan langsung telah dihentikan. Bahkan, perhelatan keluarga seperti acara pernikahan juga sudah dilarang. Akibatnya, para pengusaha industri kreatif dan tempat hiburan memiliki pendapatan nol persen. Bandingkan dengan penghasilan pengusaha dan mitra transportasi
online dan UMKM yang notabene masih memiliki penghasilan meskipun terpangkas.
Dalam kondisi normal industri kreatif dan pariwisata merupakan pilar utama perekonomian suatu bangsa, sektor ini juga menjadi penyumbang devisa yang sangat besar. Namun, pada saat terjadi krisis dan pandemi sekarang ini pekerja industri kreatif jangan seperti pepatah habis manis sepah dibuang. Perlu penyelamatan secara konkrit untuk pekerja kreatif dan seniman dengan melalui beberapa skema, yakni skema yang sudah ada yakni lewat program Kartu Prakerja dan program penyelamatan pekerja seni dan budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) dan Badan Ekonomi Kreatif. Pemerintah secara resmi telah meluncurkan program Kartu Prakerja pada 11 April 2020 lalu. Setiap orang yang diterima dalam program pendidikan ini, akan mendapatkan dana dari pemerintah sebesar Rp 3,55 juta. Kemdikbud melalui Ditjen Kebudayaan sebaiknya jangan hanya mendata pekerja seni yang terdampak, tetapi mesti berbuat yang lebih konkrit seperti misalnya membantu pekerja seni untuk bertransformasi dalam berkarya lewat media
online misalnya. Untuk itu, pekerja seni perlu diberikan pelatihan dengan biaya yang tertuang dalam program Kartu Prakerja. Sambil menjalani pelatihan dengan konten yang mampu mentransformasikan profesinya secara daring, pekerja seni juga mendapatkan bantuan untuk pembelian bahan pokok selama selama Pandemi. Wabah Korona berdampak pada semua sektor kehidupan, termasuk juga bidang kesenian. Banyak perhelatan seni ditangguhkan sampai waktu yang belum ditentukan. Akibatnya, para pekerja seni yang mengandalkan penghidupan dari perhelatan ini pun menjadi kehilangan mata pencaharian. Mereka bukan hanya para seniman, tetapi juga kru pendukung pertunjukan kesenian. Di sinilah peran Ditjen Kebudayaan dituntut untuk mengambil langkah memperhatikan nasib seniman ini. Jangan hanya sekedar melalui borang (formulir) untuk menginventarisasi para pekerja seni yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19. Tetapi, mesti dituntut peran yang konkrit dan secepatnya.
Budaya tertawa Dalam situasi bangsa yang dilanda gundah gulana akibat pandemi dibutuhkan peran profesi yang bisa menaburkan budaya tertawa tulus. Dalam lintasan sejarah, pada saat terjadi depresi ekonomi dunia tahun 1930-an, Presiden Amerika Serikat (AS) Franklin Delano Roosevelt sangat serius menumbuhkan budaya tertawa tulus untuk bangsanya. Roosevelt juga memberikan peran yang luas kepada para pekerja seni untuk menghibur sekaligus menumbuhkan optimisme dalam menghadapi bencana/krisis. Pada waktu itu seniman yang cukup berjasa adalah aktor Charlie Chaplin. Terapi ketawa terhadap warga bangsa yang dilakukan secara teratur bisa melahirkan situasi ceria, yang pada gilirannya bisa meningkatkan produktivitas dan kolaborasi yang lebih bermakna dalam situasi pandemi yang mencekam. Penelitian yang dilakukan oleh Lee Berk menunjukkan bahwa ketawa dapat menurunkan hormon-hormon stres dan meningkatkan sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Hal ini tentunya sesuai dengan protokol organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ada baiknya kita membuka lagi hasil riset dari Robert Provine. Hasilnya tertuang dalam bukunya yang bertajuk Laughter, A Scientific Investigation. Berisi tentang penjelasan yang mendalam menyangkut antropologi dan biologi ketawa. Diterangkan bahwa ketawa mengandung manfaat aerobik. Juga mengaktifkan sistem saraf otak, meningkatkan kecepatan jantung, memompa darah ke dalam organ-organ tubuh bagian dalam. Masyarakat banyak yang kurang sadar bahwa kinerja tubuh khususnya denyut jantung dalam waktu 10 menit dengan mengayuh mesin olahraga elektronik setara dengan satu menit ketawa yang tulus saat menonton hiburan. Demikian antara lain isi penting dalam riset diatas. Untuk menghadapi pandemi Covid-19 sekarang ini perlu profesi yang berkecimpung di bidang terapi tertawa, senam tertawa, dan eksploitasi humor di lingkungan keluarga, sekolah, kantor dan pabrik. Secara ilmiah tertawa tulus sangat berbeda efek dan maknanya dengan tertawa palsu. Tertawa tulus sangat berguna untuk memompa motivasi diri, terapi penyembuhan jasmani dan rohani, serta obat pengusir stres atau depresi yang paling ampuh. Terapi tertawa juga sangat berguna bagi dokter dan petugas medis yang kini menjadi pasukan garis depan untuk mengatasi pandemi Covid-19. Para dokter dan petugas medis perlu belajar terapi tertawa dan terus menambah perbendaharaan humornya. Hal itu sebenarnya telah ditunjukkan oleh Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto yang dalam berbagai kesempatan sering mengeluarkan jurus humornya ditengah menangani wabah Korona. Sayangnya, publik belum memahami jurus Menkes dan justru timbul salah persepsi. Saatnya Kemenparekraf bersama dengan kementerian dan lembaga terkait totalitas dan penuh tanggung jawab mewujudkan stimulus ekonomi agar dapat meringankan beban dan biaya untuk para pelaku usaha sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif sehingga dapat mengurangi potensi PHK karyawan di sektor tersebut.
Khusus untuk para pelaku sektor ekonomi kreatif, seperti televisi, film, rumah produksi, konten kreator, radio, animasi, desain grafis, artis, seniman, juga berbagai komunitas dan jejaring kreatif di berbagai daerah, Kemparekraf agar melibatkan mereka untuk aktif serta mendapatkan pendanaan terkait dengan sosialisasi program pemerintah untuk mengatasi Covid-19. Penulis : Meithiana Wakil Rektor Universitas Dr.Soetomo Surabaya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti