MENCARI kedai kopi modern dengan deretan sofa empuk plus interior mewah bukanlah perkara sulit di Jakarta. Di setiap sudut keramaian Jakarta, kafe-kafe yang menjual secangkir kopi merek tersohor begitu mudah kita temui. Sebaliknya, kedai kopi dengan nuansa masa lalu, sekaligus menyajikan menu-menu kopi otentik justru jarang ada di belantara beton Jakarta. Peluang inilah yang kemudian digarap Bondan. Di Kopitiam Oey, pengunjung akan dibius oleh suasana khas warung kopi zaman dulu. Di sini kopi tidak disajikan dengan bantuan mesin. "Semua asli seduhan, kocokan dan adukan tangan manusia," tutur Bondan. Di atas lahan seluas 80 meter persegi (m²), kedai kopi ini memang tak terlalu luas. Dapur juga dibuat menyatu dengan ruang pengunjung. Namun, seperti inilah bentuk warung kopi yang sarat dengan nilai historis. Konon, di warung kopi zaman dulu, berbagai kabar sosial berhembus sepanjang hari. Pemilik warung seperti punya tradisi mendengar dan menceritakan kembali kabar itu kepada setiap tamu yang datang. Pengunjung pun seolah terbiasa menanyakan kabar terbaru yang didengar pemilik warung. Warung kopi zaman dulu, tutur Bondan, memang tak memiliki sekat antara dapur dengan pengunjung. Begitu pula di Kopitiam Oey. Bondan sengaja mengentalkan aura nostalgia kedai kopi jaman dulu. Area pengunjung dan dapur hanya berbatas etalase kayu, tempat menyimpan berbagai cangkir dan gelas. Untuk memperkuat aura tempo doeloe, Bondan sengaja memajang berbagai replika khas kopitiam, sebutan untuk warung kopi dalam dialek Hokkian. "Setiap negara atau daerah yang memilikikomunitasperanakan China atau Melayu, pasti mengenal keberadaan kopitiam," kata Bondan. Menu terbatas Tak lupa, Bondan juga memasang pajangan khas China, seperti lukisan kaligrafi huruf China, lampion merah menyala, dan beberapa potret masa lalu bergambar gadis China bergaun cheong sam. Aneka poster serta leaflet iklan zaman baheula turut menghiasi dinding kedai. "Semua pajangan di sini merupakan koleksi pribadi sejak puluhan tahun silam," ujar Bondan. Pilihan kursi yang ada di kedai Kopitiam Oey ini tak berbeda dengan kursi-kursi yang biasa terlihat di kopitiam yang ada di Singapura dan Malaysia. "Saya memesan kursi dan meja ini dari tukang kayu di Jakarta," kata Bondan. Kedai kopi dengan kapasitas kursi tak lebih dari empat puluh orang ini memang pas benar sebagai tempat nongkrong sambil bertemu relasi sembari menyeruput kopi-kopi otentik yang menjadi sajian Kopitiam Oey. Namun, jangan kecewa bila Anda hanya menemukan menu yang terbatas. "Ini bukan restoran, tetapi kedai kopi. Jadi di sini, kami hanya menjanjikan kopi yang terbaik," imbuh Bondan. Untuk menu kopi otentik, Bondan menyediakan Traditional Vietnamese Coffee. Minuman tersaji dalam wadah yang khas dan unik. Rasa kopi ini tak terlalu berat. Anda juga bisa mencoba Kopi Taloea Boekittinggi. Ini merupakan kopi saring yang dicampur dengan telur ayam kampung mentah khas Bukittingi, Sumatera Barat. Meski bukan resto, kedai yang buka dari pukul 07.00-21.00 juga menyajikan menu sarapan, makan siang, dan makan malam. Uniknya, beberapa menu merupakan hasil perburuan Bondan di penjuru Jakarta, seperti sate ayam ponorogo dari Cibubur. Harga di tempat ini tak mahal. Harga segelas kopi hanya Rp 8.000-Rp 12.000. Sedang harga makanan Rp 8.000-sampai Rp 26.000 per porsi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Menyeruput Kopi Sambil Ngerumpi
MENCARI kedai kopi modern dengan deretan sofa empuk plus interior mewah bukanlah perkara sulit di Jakarta. Di setiap sudut keramaian Jakarta, kafe-kafe yang menjual secangkir kopi merek tersohor begitu mudah kita temui. Sebaliknya, kedai kopi dengan nuansa masa lalu, sekaligus menyajikan menu-menu kopi otentik justru jarang ada di belantara beton Jakarta. Peluang inilah yang kemudian digarap Bondan. Di Kopitiam Oey, pengunjung akan dibius oleh suasana khas warung kopi zaman dulu. Di sini kopi tidak disajikan dengan bantuan mesin. "Semua asli seduhan, kocokan dan adukan tangan manusia," tutur Bondan. Di atas lahan seluas 80 meter persegi (m²), kedai kopi ini memang tak terlalu luas. Dapur juga dibuat menyatu dengan ruang pengunjung. Namun, seperti inilah bentuk warung kopi yang sarat dengan nilai historis. Konon, di warung kopi zaman dulu, berbagai kabar sosial berhembus sepanjang hari. Pemilik warung seperti punya tradisi mendengar dan menceritakan kembali kabar itu kepada setiap tamu yang datang. Pengunjung pun seolah terbiasa menanyakan kabar terbaru yang didengar pemilik warung. Warung kopi zaman dulu, tutur Bondan, memang tak memiliki sekat antara dapur dengan pengunjung. Begitu pula di Kopitiam Oey. Bondan sengaja mengentalkan aura nostalgia kedai kopi jaman dulu. Area pengunjung dan dapur hanya berbatas etalase kayu, tempat menyimpan berbagai cangkir dan gelas. Untuk memperkuat aura tempo doeloe, Bondan sengaja memajang berbagai replika khas kopitiam, sebutan untuk warung kopi dalam dialek Hokkian. "Setiap negara atau daerah yang memilikikomunitasperanakan China atau Melayu, pasti mengenal keberadaan kopitiam," kata Bondan. Menu terbatas Tak lupa, Bondan juga memasang pajangan khas China, seperti lukisan kaligrafi huruf China, lampion merah menyala, dan beberapa potret masa lalu bergambar gadis China bergaun cheong sam. Aneka poster serta leaflet iklan zaman baheula turut menghiasi dinding kedai. "Semua pajangan di sini merupakan koleksi pribadi sejak puluhan tahun silam," ujar Bondan. Pilihan kursi yang ada di kedai Kopitiam Oey ini tak berbeda dengan kursi-kursi yang biasa terlihat di kopitiam yang ada di Singapura dan Malaysia. "Saya memesan kursi dan meja ini dari tukang kayu di Jakarta," kata Bondan. Kedai kopi dengan kapasitas kursi tak lebih dari empat puluh orang ini memang pas benar sebagai tempat nongkrong sambil bertemu relasi sembari menyeruput kopi-kopi otentik yang menjadi sajian Kopitiam Oey. Namun, jangan kecewa bila Anda hanya menemukan menu yang terbatas. "Ini bukan restoran, tetapi kedai kopi. Jadi di sini, kami hanya menjanjikan kopi yang terbaik," imbuh Bondan. Untuk menu kopi otentik, Bondan menyediakan Traditional Vietnamese Coffee. Minuman tersaji dalam wadah yang khas dan unik. Rasa kopi ini tak terlalu berat. Anda juga bisa mencoba Kopi Taloea Boekittinggi. Ini merupakan kopi saring yang dicampur dengan telur ayam kampung mentah khas Bukittingi, Sumatera Barat. Meski bukan resto, kedai yang buka dari pukul 07.00-21.00 juga menyajikan menu sarapan, makan siang, dan makan malam. Uniknya, beberapa menu merupakan hasil perburuan Bondan di penjuru Jakarta, seperti sate ayam ponorogo dari Cibubur. Harga di tempat ini tak mahal. Harga segelas kopi hanya Rp 8.000-Rp 12.000. Sedang harga makanan Rp 8.000-sampai Rp 26.000 per porsi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News