Meski terdapat ratusan ribu hektar perkebunan kopi dan sebagian besar penduduknya menggantungkan diri dari hasil perkebunan tersebut, sentra kopi di Kelurahan Gombengsari, Banyuwangi baru dikenal masyarakat luas sekitar enam tahun lalu. Bahkan, lokasi ini baru dikukuhkan menjadi Kampung Kopi oleh Dinas Pariwisata setempat pada tahun 2016 lalu. Ali, salah satu petani kopi menceritakan, awal mulanya Kampung Kopi Gombengsari terbentuk karena gagasan dari Moch. Farid Isnaini yang saat itu menjabat sebagai Lurah Gombengsari. "Saat ide itu disampaikan, saya langsung setuju kebetulan saat seminar di Malang ada narasumber yang memaparkan tentang kompung coklat," katanya pada KONTAN, Jumat (21/7). Setelah melalui proses yang cukup panjang dengan beberapa pihak terkait seperti Dinas Pertanian serta petani kopi lainnya. baru pada September 2016 lalu, digelar festival petik kopi. Festival ini sekaligus menjadi tanda penobatan lokasi perkebunan kopi di Gombengsari tersebut sebagai Kampung Kopi.
Menyeruput secangkir kopi di teras warga (2)
Meski terdapat ratusan ribu hektar perkebunan kopi dan sebagian besar penduduknya menggantungkan diri dari hasil perkebunan tersebut, sentra kopi di Kelurahan Gombengsari, Banyuwangi baru dikenal masyarakat luas sekitar enam tahun lalu. Bahkan, lokasi ini baru dikukuhkan menjadi Kampung Kopi oleh Dinas Pariwisata setempat pada tahun 2016 lalu. Ali, salah satu petani kopi menceritakan, awal mulanya Kampung Kopi Gombengsari terbentuk karena gagasan dari Moch. Farid Isnaini yang saat itu menjabat sebagai Lurah Gombengsari. "Saat ide itu disampaikan, saya langsung setuju kebetulan saat seminar di Malang ada narasumber yang memaparkan tentang kompung coklat," katanya pada KONTAN, Jumat (21/7). Setelah melalui proses yang cukup panjang dengan beberapa pihak terkait seperti Dinas Pertanian serta petani kopi lainnya. baru pada September 2016 lalu, digelar festival petik kopi. Festival ini sekaligus menjadi tanda penobatan lokasi perkebunan kopi di Gombengsari tersebut sebagai Kampung Kopi.