KONTAN.CO.ID - Nama PT Gobel Dharma Sarana Karya (GDSK) mungkin belum begitu akrab di telinga kita. Perusahaan ini punya peran penting pada hajatan Asian Games 2018 lalu. Menurut Muhammad Hidayah Ismagrebu Datau, Chief Executive Officer (CEO) PT Gobel Dharma Sarana Karya (GDSK), mereka tak sekadar mencari peluang bisnis di ajang Asian Games 2018, tapi juga memperluas kiprahnya di bisnis katering dan makanan untuk publik. Berikut penuturannya: Pada Asian Games 1963 di Jakarta, Presiden Soekarno meminta kakek kami, Thayeb Mohammad Gobel, membuat televisi (TV) agar rakyat Indonesia bisa menyaksikan Asian Games di televisi.
Walhasil, perusahaan yang memproduksi radio transistor merek Cawang sejak 1954 itu memenuhi perintah Presiden memproduksi TV. Itulah titik balik Gobel menjadi perusahaan elektronik yang memproduksi televisi, hingga kini. Ikatan sejarah itu membuat kami generasi ketiga juga ingin menunjukkan peran kami. Bedanya, kini Grup Gobel melalui GDSK menggarap kebutuhan makanan dan minuman atau katering bagi official dan atlet Asian Games 2018. Kami memenuhi kebutuhan gizi untuk 13.000 atlet dan official selama lebih dari 15 hari. Kami dari generasi ketiga Gobel membuktikan, bahwa Gobel masih bisa berpartisipasi di acara kelas Asia. Saya sendiri mulai bergabung di Gobel Dharma Sarana Karya pada 2007, setelah menamatkan kuliah jurusan manajemen perhotelan di Swiss. Sebelum bergabung, saya menjadi personal assistant untuk paman saya, Rahmat Gobel, yang memimpin Gobel International. Saat itu saya tidak punya ruangan kerja, bahkan tak ada meja kerja. Sempat ada dilema, karena semula saya ingin bekerja di luar negeri. Tapi ini amanat ibu saya agar bekerja di perusahaan keluarga. Saya tak bisa menolak. Hampir setahun saya bekerja sebagai personal assistant. Karena tidak punya jabatan dan meja kerja, saya leluasa berkeliling melihat-lihat perusahaan di Gobel International. Saya mendalami setiap bisnis Gobel, terutama GDSK yang ternyata cocok dengan kompetensi saya. Saya melihat ada peluang mengembangkan GDSK. Lalu saya mengajukan proposal kepada paman. Tapi beberapa kali dia mentahkan. Rupanya itu cara dia melatih saya agar menjadi orang yang pantang menyerah. Hingga akhirnya paman menyetujuinya proposal saya. Saat bergabung di GDSK, kondisi perusahaan rugi, bahkan ada wacana Grup Gobel menjual saham GDSK. Saat itu penghasilan GDSK kecil, dan meninggalkan masalah perpajakan. Banyak komplain masuk, bahkan dari konsumen katering grup Gobel sendiri. Saya berusaha meyakinkan ke paman agar tidak menjual GDSK. Saya menjelaskan peluang GDSK jika digarap serius. Saya pun mempertaruhkan karier saya, jika saya gagal menyelesaikan masalah GDSK, saya siap mundur. Gaet tambang dan migas Mulanya saya dipercaya sebagai wakil direktur utama. Saya kemudian melakukan restrukturisasi perusahaan dengan modal kurang dari Rp 10 miliar, termasuk modal menyelesaikan masalah pajak. Setahun berjalan, rapor merah mulai membiru.
Cash flow yang dulunya amburadul, mulai tertata. Etos kerja yang dulu minim, saya ubah menjadi kerja penuh semangat. Saya juga melakukan restrukturisasi sumber daya manusia (SDM), melakukan pensiun dini dan menata organisasi. Seiring dengan itu, saya menggarap jasa katering perusahaan minyak dan gas dan pertambangan. Karena itu, saya mendirikan tim sales marketing yang sebelumnya tidak ada di GDSK. Kami bangkit pelan-pelan hingga kini bisa melayani lebih dari 30.000 paket makan per hari untuk karyawan dari berbagai sektor industri. Klien kami tak hanya grup Gobel, tapi juga perusahaan minyak dan gas maupun pertambangan. Memang tidak mudah menjajakan katering ke perusahaan migas. Pada masa awal-awal, kami sempat mendapatkan dua kali peringatan karena masalah kualitas layanan yang minimal setara hotel bintang tiga. Kalau sampai ada tiga kali peringatan, kontrak bisa diputus. Saya pun mendatangi lokasi proyek migas yang ada di tengah hutan Sumatra. Saya meyakinkan klien bahwa kami ingin memperbaiki layanan. Saya memperlihatkan komitmen itu kepada karyawan juga. Saya bahkan tidur bersama karyawan di mes karyawan. Satu per satu katering untuk migas kami peroleh, mulai dari katering untuk proyek kontraktor Petro China, Pertamina dan lainnya. Kami juga menggarap perusahaan tambang, pabrik manufaktur dengan tenaga kerja ribuan, serta rumahsakit. Terakhir kami garap katering Asian Games 2018. Total perusahaan langganan katering kami saat ini berjumlah 50 perusahaan, baik perusahaan lokal, regional maupun perusahaan multinasional. Strategi pertumbuhan Menjalani proyek katering bagi Asian Games 2018 bukan hal mudah bagi yang tidak punya pengalaman. Untuk mempersiapkan proyek itu, kami merekrut lebih dari 1000 orang. Merekrut orang sebanyak itu tentu tak mudah. Apalagi orang yang kami cari harus punya keahlian khusus, seperti cook helper, waitress, chef dan banyak yang spesifik bidang makanan. Saya pun menerapkan metode yang dilakukan panitia Olimpiade, dengan cara merekrut tenaga ahli dari sekolah-sekolah pariwisata. Saya menghubungi sekolah-sekolah tersebut di Jakarta dan Palembang. Hingga akhirnya saya merekrut tenaga kerja yang memiliki keahlian dan bisa bekerja dalam jangka waktu pendek. Perlu diingat, tidak semua orang yang memiliki keahlian mau bekerja dalam jangka waktu pendek. Pasti mereka bertanya, setelah kontrak selesai nasib mereka bagaimana? Kami atasi hal tersebut dengan cara bekerjasama dengan sekolah-sekolah pariwisata. Kami terbantu, sementara pihak sekolah mendapatkan pengalaman. Selain itu, saya juga mesti memastikan, layanan katering Asian Games 2018 tidak mengganggu bisnis katering kami yang melayani pelanggan sebanyak 30.000 orang per hari. Saya membuat strategi dengan membuat tim yang bekerja menggarap Asian Games, dan tim yang menjalankan bisnis sehari-hari. Karena itu kami melakukan perekrutan tenaga ahli di beberapa porsi penting. Selain mengatur tenaga kerja, kami juga mengatur standar mutu produk makanan kami. Kami melayani Asian Games, yang harus memiliki standar tinggi. Kami menyajikan makanan menu bintang lima, dan sehat bergizi untuk atletnya. Kami menyediakan semua varian menu Asia. Mulai dari menu India, China, Indonesia, Jepang, hingga Western dan menu internasional. Proyek katering Asian Games 2018 nilainya Rp 148 miliar. Kami berupaya mengelola agar menghasilkan kontribusi positif ke perusahaan. Kami selalu menjaga keamanan makanan. Sebab, jika ada satu masalah yang muncul, maka reputasi kami jadi taruhan. Sukses menyelesaikan proyek katering Asian Games 2018 menjadi modal bagi GDSK untuk mengembangkan bisnis. Jika saat ini kami melakukan bisnis secara
business to business (B to B), maka sebentar lagi kami akan masuk ke
business to consumer (B to C). Bentuknya adalah mendirikan restoran dengan menu Asia, dengan target kelas menengah. Sebelum itu, kami juga telah melakukan
joint venture dengan perusahaan partiseri Jepang, Chateraise, untuk mendirikan Chateraise Indonesia. Saat ini gerainya baru ada empat, nanti target kami bisa 100 gerai dalam waktu lima tahun. Kami juga masih mempersiapkan restoran merek sendiri. Selain itu, kami juga menyiapkan pendirian food factory untuk makanan yang biasa kami produksi.
Kami akan memproduksi versi kemasan yang bisa disimpan agar bisa di konsumsi publik tanpa harus langganan katering. Target kami 2019 bisa dibangun, dan 2020 sudah jalan. Ekspansi bisnis ini, kami lakukan secara step by step.
Pertama, membangun restoran dulu dengan target 5 gerai per tahun dengan lokasi anggaran sekitar Rp 2,5 miliar – Rp 3 miliar per gerai.
Kedua, untuk membangun pabrik butuh dana sekitar Rp 100 miliar. Soal dana kali ini tak ada masalah, karena perbankan sudah mulai melirik bisnis makanan. ◆ Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Mesti Sinaga