KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa penawaran Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI015 telah dibuka dari tanggal 4 sampai 25 Oktober nanti. Investor pun perlu bersikap cermat supaya memperoleh keuntungan yang optimal dari instrumen tersebut. Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menilai, fitur ORI015 yang dapat ditahan hingga jatuh tempo dan diperdagangkan di pasar sekunder cukup memberikan kemudahan bagi investor ritel. Artinya, investor ritel bisa memilih untuk menahan kepemilikan obligasinya hingga jatuh tempo dan memperoleh keuntungan dari pembayaran kupon di tiap bulan. Apalagi, kupon ORI015 mencapai 8,25% dan bersifat tetap. Alhasil, selama masa edar ORI015 berlangsung, investor akan mendapat bayaran kupon yang sama terlepas dari kondisi pasar obligasi itu sendiri.
Sementara itu, investor ritel berpeluang memperoleh
capital gain ketika menjual ORI015 di harga yang tinggi di pasar sekunder. Hanya saja, secara historis, investor ritel lebih sering memilih untuk menahan obligasi ritel yang dimilikinya hingga jatuh tempo alih-alih menjualnya di pasar sekunder. Sebab, di mata investor ritel, instrumen seperti ORI015 kerap dibandingkan dengan deposito. “Selama kuponnya lebih tinggi dari deposito dan tidak ada kebutuhan secara mendadak, tidak masalah buat investor ritel menahan kepemilikannya sampai jatuh tempo,” ujar Made, Jumat (5/10). Lagi pula, Made bilang bahwa penjualan obligasi ritel di pasar sekunder membutuhkan timing yang tepat. Jika berkaca pada kondisi pasar terkini, investor ritel justru berpotensi menderita kerugian karena harga obligasi masih dalam tren penurunan. “Investor ritel harus ingat, masih ada potensi tren kenaikan yield SUN hingga dua tahun mendatang seiring normalisasi kebijakan The Fed,” jelasnya. Tambahan lagi, jika investor tidak memiliki dana yang besar di ORI015, besar kemungkinan investor tersebut kesulitan menjual kepemilikannya di pasar sekunder. Sebab, transaksi ORI015 dan obligasi berbasis ritel lainnya di pasar sekunder lebih didominasi oleh investor institusi yang biasanya membutuhkan dana besar. “Makanya transaksi antar investor ritel di pasar sekunder itu jarang. Lebih banyak transaksi antar investor institusi atau transaksi atara investor institusi dengan ritel,” ungkap Made. Pembelian obligasi ritel seperti ORI015 di pasar sekunder pun bukan perkara mudah bagi investor ritel. Pasalnya, harga yang ditetapkan di sana bergantung pada mekanisme pasar. Dengan demikian, investor ritel tidak bisa membeli ORI015 seharga Rp 1 juta sebagaimana yang bisa dilakukan ketika masa penawaran di pasar perdana.
Rio Ariansyah, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management menilai, butuh pengetahuan yang luas bagi para investor ritel yang ingin menjual ORI015 di pasar sekunder. Pengetahuan tersebut meliputi perkembangan pasar obligasi Indonesia beserta sentimen-sentimen yang menyertainya hingga mekanisme transaksi di pasar sekunder. Maka dari itu, Rio menyarankan agar pemerintah dan mitra distribusi untuk lebih gencar melakukan edukasi mengenai mekanisme transaksi obligasi ritel di pasar sekunder. Mulai dari nominal biaya yang perlu disiapkan oleh investor, waktu transaksi yang tepat, hingga yang paling mendasar yakni tata cara melakukan pembelian dan penjualan di pasar sekunder. “Selama ini edukasi hanya ada di tahap penawaran di pasar primer, itu pun belum tentu semua investor ritel paham,” ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Narita Indrastiti