Menyikapi aksi jual investor asing di saham perbankan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren aksi jual investor asing terlihat pada saham perbankan, terutama saham bank pelat merah. Alhasil, harga saham sejumlah perbankan itu pun memerah.

Investor asing mencatatkan posisi jual bersih (net sell)di saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Secara year to date (ytd), net sell asing di BBNI sudah mencapai Rp 4,3 triliun.

Di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), investor asing mencatat net sell sekitar Rp 3,85 triliun sejak awal tahun. Sementara net sell di saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencapai Rp 1,45 triliun.


Harga ketiga saham bank pelat merah tersebut juga kompak ambles. BBNI telah terkoreksi 26,77% sepanjang tahun ini. Di periode yang sama, harga BBTN turun 37,25% dan BMRI turun 21,25%.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan, net sell asing di saham perbankan pelat merah ini merupakan aksi profit taking.

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas, menambahkan, net sell asing ini juga merupakan salah satu dampak dari keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate (BI 7-DRR) di 5,25%.

Hal ini berdampak cukup besar bagi saham perbankan berkapitalisasi besar. Investor asing cenderung akan memilih instrumen investasi di Amerika Serikat (AS). "Pelaku pasar lebih tertarik berinvestasi ke AS yang yield obligasinya mulai naik seiring dengan rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih agresif," kata Nafan, Jumat (20/7).

Meski begitu, investor bisa mencari kesempatan cuan dari hal ini. Net sell ini membuat harga saham yang memiliki fundamental baik menjadi murah dan menarik untuk melakukan akumulasi beli.

BBNI baru saja mengeluarkan laporan kinerjanya sepanjang semester I-2018. Bank ini berhasil membukukan laba bersih Rp 7,44 triliun di peride tersebut, tumbuh 16% dibanding periode sama tahun lalu.

Per akhir semester I-2018 net interest income (NII) BNI juga naik 13,13% dari Rp 15,4 triliun per semester I-2017 jadi Rp 17,45 triliun. Pendapatan nonbunga tumbuh 9,1% dari Rp 4,65 triliun di semester I-2017 menjadi Rp 5,08 triliun pada semester I- 2018.

BBTN juga berhasil membukukan laba bersih Rp 1,42 triliun di paruh pertama 2018. Laba bersih ini naik 12,01% dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih ini didorong kenaikan bunga bersih yang melaju 12,98% menjadi Rp 4,77 triliun. Penurunan harga saham jadi lebih murah dan menarik. Ini dapat dimanfaatkan," tambah Nafan.

Ia menargetkan harga saham BBNI bisa mencapai Rp 8.050 per saham. Sementara target harga saham BBTN dipatok di Rp 2.630 per saham. "BBNI bisa dikoleksi jangka menengah dan panjang, BBTN untuk jangka pendek dan menengah," saran Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie