KONTAN.CO.ID - Jatuhnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) seiring dengan terus meluasnya penyebaran virus Korona (Covid-19) di Indonesia harus disikapi dengan serius. Berdasarkan data Bloomberg, sampai tulisan ini dibuat, rupiah melemah sebesar 19,39% (year to date). Dibanding mata uang regional, kinerja rupiah yang terburuk di Asia, di bawah Won Korea dan Baht Thailand. Pada perdagangan intra-day, rupiah sempat menyentuh angka Rp 16.635, mendekati rekor terendah sepanjang masa pada level Rp 16.650 per dolar AS yang terjadi pada tanggal 17 Juni 1998. Kita semua tidak menginginkan hal yang semakin buruk terjadi, namun skenario terburuk tetap harus diantisipasi. Memori kelam masyarakat tahun 1998 belum sepenuhnya hilang. Krisis mata uang, berlanjut ke krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan akhirnya krisis politik. Timbul suasana chaos yang diikuti dengan tumbangnya Orde Baru. Belum terdeteksi jelas apakah kondisi sekarang ini juga ditunggangi aksi spekulasi masif dari para hedge fund nasional dan internasional, seperti tesis yang sering dikemukakan untuk menganalisis penyebab jatuhnya rupiah pada saat itu. Apakah saat ini, para politisi lokal juga bermain di tengah goncangan di pasar keuangan kita?. Belum ada analisis signifikan yang mengarah ke sana. Semoga saja kekhawatiran itu hanya ilusi saja dan tidak menjadi bukti empirik. Jika dicermati dengan jernih, sebenarnya situasi yang dialami rupiah juga terjadi pada sebagian besar mata uang negara lain di dunia. Hal ini bisa dilihat dari indeks dollar (dollar index) yang merupakan transaksi berjangka (futures) dolar AS terhadap mata uang lain di dunia. Dollar index sempat menyentuh angka tertinggi di 103.96, dan telah menguat sebesar 6,46% year to year (yoy). Hampir semua mata uang melemah terhadap dolar AS, bahkan poundsterling nilainya mencapai titik terendah dalam 35 tahun terakhir. Artinya yang terjadi saat ini adalah fenomena super dolar. Dolar AS dianggap sebagai aset paling aman dalam situasi ketidakpastian global, menggeser pamor emas, yang secara konvensional selama ini disebut safe haven asset. Beberapa waktu lalu memang harga emas melambung tinggi sampai mencapai rekor di level 1.704,3 dolar AS per troy ounce, namun kemudian terkoreksi dan sekarang berada di kisaran level 1.500-an dolar AS per troy ounce.
Menyikapi Jatuhnya Rupiah
KONTAN.CO.ID - Jatuhnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) seiring dengan terus meluasnya penyebaran virus Korona (Covid-19) di Indonesia harus disikapi dengan serius. Berdasarkan data Bloomberg, sampai tulisan ini dibuat, rupiah melemah sebesar 19,39% (year to date). Dibanding mata uang regional, kinerja rupiah yang terburuk di Asia, di bawah Won Korea dan Baht Thailand. Pada perdagangan intra-day, rupiah sempat menyentuh angka Rp 16.635, mendekati rekor terendah sepanjang masa pada level Rp 16.650 per dolar AS yang terjadi pada tanggal 17 Juni 1998. Kita semua tidak menginginkan hal yang semakin buruk terjadi, namun skenario terburuk tetap harus diantisipasi. Memori kelam masyarakat tahun 1998 belum sepenuhnya hilang. Krisis mata uang, berlanjut ke krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan akhirnya krisis politik. Timbul suasana chaos yang diikuti dengan tumbangnya Orde Baru. Belum terdeteksi jelas apakah kondisi sekarang ini juga ditunggangi aksi spekulasi masif dari para hedge fund nasional dan internasional, seperti tesis yang sering dikemukakan untuk menganalisis penyebab jatuhnya rupiah pada saat itu. Apakah saat ini, para politisi lokal juga bermain di tengah goncangan di pasar keuangan kita?. Belum ada analisis signifikan yang mengarah ke sana. Semoga saja kekhawatiran itu hanya ilusi saja dan tidak menjadi bukti empirik. Jika dicermati dengan jernih, sebenarnya situasi yang dialami rupiah juga terjadi pada sebagian besar mata uang negara lain di dunia. Hal ini bisa dilihat dari indeks dollar (dollar index) yang merupakan transaksi berjangka (futures) dolar AS terhadap mata uang lain di dunia. Dollar index sempat menyentuh angka tertinggi di 103.96, dan telah menguat sebesar 6,46% year to year (yoy). Hampir semua mata uang melemah terhadap dolar AS, bahkan poundsterling nilainya mencapai titik terendah dalam 35 tahun terakhir. Artinya yang terjadi saat ini adalah fenomena super dolar. Dolar AS dianggap sebagai aset paling aman dalam situasi ketidakpastian global, menggeser pamor emas, yang secara konvensional selama ini disebut safe haven asset. Beberapa waktu lalu memang harga emas melambung tinggi sampai mencapai rekor di level 1.704,3 dolar AS per troy ounce, namun kemudian terkoreksi dan sekarang berada di kisaran level 1.500-an dolar AS per troy ounce.