Menyikapi volatilitas tinggi IHSG



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak volatil pada perdagangan Rabu (23/12). Indeks dibuka naik 0,28% hingga naik 1,28% untuk kemudian turun 2,86% ke level 5.853.

Tekanan jual ini dipicu oleh munculnya sentimen negatif, yaitu mutasi virus Covid-19 dan tidak disetujuinya proposal stimulus oleh Presiden Donald Trump.

IHSG sendiri sebenarnya sudah rawan profit taking, karena valuasi IHSG pun sudah cukup mahal. Saat ini, IHSG diperdagangkan di P/E 34,7 kali.

P/E IHSG ini di atas rata-ratanya sebesar 23,2 kali. Sejak kejatuhan di Maret lalu hingga saat ini, IHSG sudah naik sekitar 53%, dipicu oleh prospek ekonomi 2021.

Optimisme pasar ini terbentuk akibat sentimen-sentimen positif dan berpengaruh signifikan, yaitu vaksinasi, UU Cipta Kerja dan pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF). Selain itu, sejumlah data ekonomi menunjukkan indikator pemulihan.

Misalnya, PMI manufaktur di November berada di level 50,6, menunjukkan pelaku industri kembali ekspansif. Indeks Kepercayaan Konsumen juga naik 16% ke level 92. Akselerasi inflasi juga semakin memperkuat keyakinan pasar.

Dalam kondisi ini, ada dua hal yang bisa dilakukan pelaku pasar. Pertama, investor dan super trader bisa memanfaatkan koreksi normal untuk akumulasi beberapa saham yang memiliki fundamental dan likuiditas bagus.

Kedua, swing trader dapat melakukan posisi beli pada saham yang menyentuh area support dan berpotensi memantul. Namun tetap disiplin dengan membatasi risiko, termasuk ketika harga berbalik menguat.

Di akhir tahun ini masih ada beberapa saham yang masih terdiskon. Di antaranya ada saham ASII, BBNI, HMSP, GGRM, SMBR,  ICBP, TLKM, BSDE, SMRA, PWON, CTRA, ASRI, APLN, PTPP, WSKT, WIKA dan RALS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata