Menyikat jawara soto dan laksa betawi



Bagi Anda yang ingin membuka usaha kuliner tampaknya harus mulai menyiapkan menu andalan. Pasalnya, meskipun kita menjual masakan yang sama dengan warung makan yang lain, menu andalan kita ini akan mampu membuat pengunjung kita ingin datang lagi, ingin datang lagi, dan ingin datang lagi

Paling tidak itu yang bisa kita pelajari dari para jawara masakan betawi. Siapa coba yang enggak kenal sama Soto Haji Ma’ruf yang mangkal di Gondangdia Lama, juga Laksa Betawi Asirot yang ngedekem di Sukabumi Selatan. Mereka sudah kenyang makan asam garamnya usaha kuliner.

Ayo, Bang, Mpok pelototi terus dah tulisan ini sampai habis. Biar kita bisa mencontek, eit, jangan sampai ketahui gurunya ya. He, he, he,…!


Mereka itu pionir

Seperti kita ketahui meskipun kita menjual makanan yang sama dengan yang dijual orang. Namun ciri khas cita rasa masakan kita akan membuat orang untuk kembali lagi. Seperti Soto Haji Ma’ruf. Kuah sotonya yang berwarna agak putih pekat memberi sensasi segar dan gurih. Maklum, si kuah ini merupakan perpaduan antara santan dan susu.

Menurut Mufti Maulana, generasi ketiga yang mengelola usaha Soto Haji Ma’ruf, tidak ada perubahan resep soto betawi dari generasi pertama hingga sekarang. "Semua bumbu pakai rempah-rempah tradisional. Kami enggak pakai mecin atau MSG," kata Mufti.

Yang paling penting, perihal campuran susu dalam kuah soto. Mufti menjelaskan, hal itu sudah dipakai oleh kakeknya sejak pertama kali berjualan di Pasar Cikini dengan cara pikulan. "Sebenarnya, kami terbilang pionir dalam mengolah resep kuah soto menggunakan susu. Ceritanya, waktu itu pelanggan Kakek masih banyak, tapi kuahnya tinggal sedikit. Nah, untuk menambah banyak kuahnya, ditambahi susu. Ternyata, pelanggan suka. Ya, akhirnya resep itu dipertahankan sampai sekarang," imbuh Mufti.

Itu keunggulan atau keunikan resep kuliner Haji Ma’ruf. Lain lagi dengan Laksa Betawi Asirot. Kekuatan laksa betawi racikan Hajah Muroni ini ada di kuahnya yang kaya rempah. Nufi Salam, menantu Hajah Muroni, yang kini mengelola kedai, bilang, kuah laksanya terbuat dari segala jenis bumbu, mulai kunyit, lengkuas, sereh, daun salam, daun jeruk, kencur, jahe, temu kunci, jintan, lada, biji pala, kemiri, ketumbar, dan tak ketinggalan rebon.

Bumbu-bumbu ini ada yang melewati proses penggilingan, juga penumbukan. Setelah halus, semua bumbu tadi ditumis kemudian dicampur dengan santan. Tak heran, citarasa gurih dan sedap pun langsung pecah, begitu kuah kental laksa betawi berwarna kuning besutan kedai ini menyentuh lidah. "Rasa laksa betawi di kedai ini memang beda. Kuahnya terasa banget bumbunya," ungkap Aan Hermanto, pelanggan lama Laksa Betawi Asirot.

Mari menikmati

Pengin menikmati Soto Haji Ma'ruf jangan ragu-ragu ya. Pasalnya, dari luar, bangunan kedai Soto Haji Ma'ruf tampak mirip sebuah rumah tua. Tapi, kedai ini cukup luas, lo. Kedai ini bisa menampung sekitar 57 orang. Anda enggak perlu takut kegerahan. Sebab, kedai Soto Haji Ma'ruf dilengkapi dengan lima unit pendingin ruangan. Saat tiba di lokasi, Anda mesti memesan dulu. Sudah begitu, Anda tidak perlu menunggu lama. Dengan layanan 12 pekerja, pesanan soto betawi Anda mendarat di meja sekitar lima menit.

Sambil menunggu pesanan, Anda bisa melihat proses penyajian soto atau menu lainnya di dapur kedai ini, yang terletak di dekat meja kasir. Ada semacam gerobak yang dipakai untuk memotong-motong daging, di sebelahnya ada kompor untuk menghangatkan kuah soto. O ya, di sini Ada dua pilihan menu soto betawi yang ditawarkan di sini. Anda bisa memesan soto dengan isian daging sapi saja atau campur yang terdiri dari paru, ginjal, ati, babat, dan usus sapi.

Buat Anda yang tidak terlalu suka soto betawi di sini juga ada menu lain selain soto betawi dibanderol Rp 38.000 per porsi. Ada laksa betawi Rp 20.000 per porsi. Juga, sate sapi dan sate kambing masing-masing seharga Rp 40.000 per 10 tusuk, serta sate ayam Rp 38.000.

Biar soto kita makin maknyus, bisa juga dibubuhi sambal khas soto racikan keluarga Haji Ma'ruf ke dalam mangkuk. Begitu kuah soto bercampur sambal dan masuk ke mulut, alamak, pedasnya membuat mata ngantuk menjadi melek. Sebagai teman menyantap soto, Anda bisa memesan kudapan lainnya, seperti perkedel, emping, atau bencok. Bencok adalah keripik kentang khas masyarakat Betawi.

Kalau berkunjung ke Soto Haji Ma’tuf kedainya mirip rumah tua, lain lagi kalau ke Laksa Betawi Asirot. buat pembeli yang baru pertama kali mampir ke kedai ini, mungkin akan bertanya-tanya: benarkah bangunan di Jalan Asirot Nomor 2 Sukabumi Selatan, Jakarta Barat, itu adalah Laksa Betawi Asirot. Bangunannya tidak mirip kedai sama sekali. Lebih menyerupai rumah tinggal biasa.

Begitu masuk kedai berkelir hijau ini, Anda akan langsung merasakan suasana bertamu di rumah orang betawi. Maklum, kedai yang berdiri 1978 silam itu menjadi satu dengan tempat tinggal sang pemilik. Oh, iya, mulut Jalan Asirot terletak di Jalan Kebayoran Lama. Kalau Anda datang dari Pasar Kebayoran Lama, Jalan Asirot ada di kiri jalan.

Kedai milik Hajah Muroni ini buka saban hari, dari jam 10 pagi sampai 9 malam. Praktiknya, kedai yang sanggup menampung 24 pengunjung itu sering tutup lebih awal, sore hari, lantaran seluruh dagangannya ludes terjual. Jadi, Anda tahu, kan, kapan harus datang ke Laksa Betawi Asirot.

Hidangan laksa Hajah Muroni memang asli Betawi. Laksa di sini menggunakan udang rebon. Nufi bilang, itu yang membuat laksa betawi berbeda dengan laksa tangerang dan laksa bogor yang menggunakan oncom. Pembeda lainnya: isi laksa betawi tak seramai laksa tangerang dan laksa bogor. Selain ketupat, hanya ada daun kucai, taoge, daun kemangi, dan bawang goreng.

Untuk ketupat, kedai ini memproduksi sendiri dengan melewati proses perebusan selama 12 jam. Hasilnya, rasa ketupatnya lezat dan empuk. Dengan merebus selama setengah hari, ketupat juga jadi lebih awet. "Sampai tiga hari ketupat saya tidak basi," kata Nufi.

Tentu, tak lengkap menyantap laksa betawi tanpa pendamping. Menurut Nufi, laksa betawinya yang seharga Rp 20.000 seporsi sangat cocok disandingkan dengan semur. Anda tinggal pilih, ada semur daging dan empal dengan harga Rp 15.000 per potong, lalu semur tahu tempe kentang Rp 2.500 per porsi, semur jengkol seharga Rp 5.000 se porsi, juga semur telur Rp 3.500 per butir.

Waduh, jadi pengin makan dua-duanya: ya, soto betawi, ya laksa betawi. Ya, sudah jangan ragu, sikat saja. Selamat menikmati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi